Tindakan Militer AS: Titik Balik Hubungan Washington–Teheran
Pada 21 Juni 2025, Presiden Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan bahwa Amerika Serikat telah melancarkan serangan militer langsung terhadap tiga situs nuklir utama milik Iran. Ketiga lokasi tersebut adalah:
- Fordow Fuel Enrichment Plant
- Natanz Nuclear Facility
- Isfahan Nuclear Technology Center
Pernyataan resmi disampaikan Trump melalui akun Truth Social dan konferensi pers Gedung Putih. Ia menyebut serangan tersebut sebagai “misi sukses spektakuler” dan menegaskan bahwa “Fordow is gone”.
Rincian Serangan: Bom Bunker dan Rudal Jelajah
Serangan diluncurkan sekitar pukul 02.30 waktu Iran (IRST) dan melibatkan kekuatan udara dan laut:
- 12 bom bunker-buster GBU-57A/B dijatuhkan oleh pesawat stealth B-2 Spirit.
- 30 rudal Tomahawk diluncurkan dari kapal selam dan kapal perang AS di Teluk Persia.
Target utama adalah lokasi-lokasi yang diduga memperkaya uranium pada level tinggi dan digunakan untuk pengembangan senjata nuklir. Fordow menjadi sorotan karena terletak di bawah tanah dan memiliki sistem perlindungan yang sangat kuat
Tujuan Serangan: Tekanan Langsung Terhadap Program Nuklir Iran
Langkah militer ini diyakini bertujuan untuk:
- Melemahkan infrastruktur nuklir Iran secara signifikan.
- Menunjukkan superioritas militer AS dan kesiapan menghadapi ancaman.
- Memicu tekanan diplomatik baru, memberikan dua pilihan kepada Iran: dialog atau menghadapi gelombang serangan berikutnya.
Trump juga menegaskan bahwa tindakan ini bukan upaya pergantian rezim, namun murni untuk mencegah ancaman nuklir.
Respons Iran dan Dunia Internasional
Reaksi Pemerintah Iran
Pemerintah Iran mengonfirmasi bahwa tiga situs terkena serangan, namun menyebut bahwa:
- Tidak ada kebocoran radiasi besar berkat evakuasi sebelumnya.
- Serangan ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan kedaulatan negara.
Iran juga mengisyaratkan kemungkinan serangan balasan terhadap kepentingan AS di kawasan seperti Qatar, Bahrain, dan pangkalan militer di Teluk.
Tanggapan Global
- Israel: PM Netanyahu menyebut ini “keputusan berani” dan dukung penuh tindakan AS.
- Rusia dan Tiongkok: Menyerukan penahanan diri dan menuduh AS menciptakan destabilisasi.
- Uni Eropa dan PBB: Mengecam eskalasi militer dan menyerukan dialog damai secepatnya.
Ancaman Retaliasi dan Eskalasi Regional
Dengan terjadinya serangan ini, kawasan Timur Tengah kembali dalam situasi genting. Potensi eskalasi yang mungkin terjadi:
- Iran dapat mengaktifkan kelompok proksi, seperti Hizbullah di Lebanon atau milisi di Irak, untuk menyerang kepentingan AS.
- Ancaman terhadap jalur pelayaran di Selat Hormuz, yang bisa memengaruhi harga minyak dunia.
- Serangan siber sebagai bagian dari balasan non-konvensional.
Analisis Strategis: Apa yang Dimaksud “Fordow is Gone”?
Fordow, yang dibangun di bawah pegunungan, selama ini dianggap sebagai lokasi paling terlindungi dari semua fasilitas nuklir Iran. Serangan sukses ke Fordow memberi pesan bahwa:
- Teknologi militer AS mampu menembus sistem perlindungan bawah tanah, termasuk menggunakan bom bunker.
- Langkah ini memaksa Iran meninjau ulang posisi militernya, karena tempat yang dianggap aman pun tak lagi bebas dari ancaman.
Namun, ini juga membuka babak baru konfrontasi langsung. Para pengamat memperingatkan bahwa serangan ini dapat memicu konflik militer berskala lebih luas.
Serangan Amerika Serikat terhadap tiga situs nuklir Iran—Fordow, Natanz, dan Isfahan—menandai perubahan drastis dalam dinamika geopolitik Timur Tengah. Sementara Presiden Trump menyebut operasi ini sebagai langkah preventif, komunitas internasional khawatir bahwa ini bisa menjadi pemicu eskalasi konflik regional yang lebih besar.
Situasi ini menempatkan dunia dalam ketegangan baru, di mana diplomasi dan kekuatan militer berjalan berdampingan dalam garis yang sangat tipis. Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah: akankah Iran membalas?