Dokter autopsi perkirakan Juliana Marins tewas 20 menit setelah jatuh

Dokter Autopsi Perkirakan Juliana Marins Tewas 20 Menit Setelah Jatuh

Kasus meninggalnya Juliana Marins, wisatawan asal Brasil, masih menjadi sorotan hangat di tanah air. Dokter autopsi perkirakan Juliana Marins tewas 20 menit setelah jatuh, sebuah fakta yang memunculkan keprihatinan sekaligus tanda tanya besar di tengah publik. Pasalnya, peristiwa tragis ini terjadi saat Juliana tengah mendaki Gunung Rinjani, destinasi yang kerap memikat wisatawan domestik maupun mancanegara.

Bagaimana sebenarnya kronologi jatuhnya Juliana? Apa hasil autopsi yang diungkap dokter forensik? Dan apa saja dampak serta langkah lanjutan dari kasus ini? Simak rangkuman lengkapnya di bawah ini!

Tragedi di Gunung Rinjani: Kronologi Juliana Marins Jatuh

Hari itu, Sabtu 21 Juni 2025, Juliana Marins (27) tengah mendaki Gunung Rinjani lewat jalur Sembalun. Menurut laporan pendaki lain dan tim pemandu, Juliana tergelincir dan jatuh ke jurang sedalam sekitar 600 meter. Lokasi jatuhnya berada di jalur terjal yang memang terkenal rawan bagi pendaki yang kurang berhati-hati.

Cuaca saat kejadian juga disebut-sebut tidak bersahabat, dengan kabut tebal dan jalur licin. Tim SAR yang dikerahkan pun menghadapi medan sulit untuk melakukan pencarian. Proses evakuasi sempat terhambat beberapa hari karena kondisi alam yang ekstrem.

Evakuasi Juliana Marins: Tantangan di Medan Ekstrem

Setelah tiga hari pencarian, Tim SAR akhirnya menemukan jasad Juliana Marins pada Selasa, 24 Juni 2025. Jenazahnya berhasil dievakuasi dari kedalaman sekitar 600 meter. Lokasi jatuhnya Juliana berada di antara bebatuan terjal yang menyulitkan proses pengangkatan jenazah.

Tim SAR memutuskan evakuasi lewat jalur darat karena penggunaan helikopter dinilai terlalu berisiko mengingat kondisi cuaca buruk dan kontur medan Rinjani. Butuh waktu berjam-jam untuk membawa jenazah Juliana ke basecamp pendakian. Dari sana, jenazah kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Bhayangkara Mataram sebelum akhirnya diterbangkan ke RS Bali Mandara di Denpasar.

Hasil Mengejutkan Dokter Autopsi Perkirakan Juliana Marins Tewas 20 Menit Setelah Jatuh

Fakta paling mencengangkan terungkap saat dilakukan autopsi di RS Bali Mandara. Dokter autopsi perkirakan Juliana Marins tewas 20 menit setelah jatuh, bukan berjam-jam atau berhari-hari seperti yang sempat beredar di publik.

Dokter forensik, dr. Ida Bagus Putu Alit, menjelaskan bahwa luka fatal terjadi pada tulang belakang, dada, punggung, hingga paha. Cedera parah tersebut menyebabkan organ vital pecah dan terjadi pendarahan hebat di rongga dada. Inilah yang membuat Juliana tak mampu bertahan lama setelah terjatuh.

“Kami memperkirakan korban bertahan hidup hanya sekitar 20 menit setelah terjatuh. Luka-luka yang diderita sangat berat, mengakibatkan kematian cepat,” jelas dr. Alit.

Autopsi ini menjadi krusial karena keluarga Juliana ingin mengetahui pasti penyebab dan waktu kematian, terutama sebagai syarat administratif untuk proses asuransi dan pemulangan jenazah ke Brasil.

Keluarga Juliana Marins dan Tanggapan Publik

Keluarga Juliana Marins yang tiba di Indonesia langsung meminta proses autopsi demi memastikan fakta kematian sang putri. Pihak keluarga akhirnya menerima hasil autopsi yang disampaikan pihak kepolisian dan rumah sakit. Meski terpukul, mereka menyatakan legowo dan mengapresiasi kerja keras tim SAR serta otoritas Indonesia.

Di media sosial, simpati untuk Juliana mengalir deras. Banyak warganet menyayangkan peristiwa ini, sekaligus mengingatkan pentingnya keselamatan saat mendaki gunung, apalagi bagi pendaki solo atau wisatawan asing yang mungkin belum memahami medan seberat Rinjani.

Dokter Autopsi Perkirakan Juliana Marins Tewas 20 Menit Setelah Jatuh: Dampak Bagi Dunia Wisata

Tragedi ini tentu membawa dampak besar bagi sektor pariwisata Lombok dan NTB. Gunung Rinjani adalah ikon wisata petualangan yang mendatangkan ribuan pendaki setiap tahun, baik domestik maupun mancanegara.

Kini muncul desakan agar pengelola Rinjani memperketat prosedur keamanan:

  • Wajib guide bagi pendaki asing
  • Pemasangan lebih banyak pagar pengaman di jalur ekstrem
  • Peningkatan sarana komunikasi darurat di jalur pendakian

Selain itu, tragedi Juliana Marins menjadi peringatan keras bahwa mendaki gunung bukan sekadar aktivitas wisata, melainkan kegiatan yang penuh risiko dan butuh persiapan fisik, mental, serta peralatan memadai.

Dokter autopsi perkirakan Juliana Marins tewas 20 menit setelah jatuh menjadi penegasan betapa cepatnya maut merenggut nyawa saat terjadi kecelakaan fatal di alam bebas. Luka parah di tubuh Juliana tak memberinya banyak waktu untuk bertahan. Kejadian ini meninggalkan duka mendalam, bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi komunitas pendaki dan masyarakat luas.

Meski tragis, kisah Juliana Marins diharapkan menjadi pelajaran penting tentang keselamatan di alam terbuka. Pemerintah dan pengelola wisata pun didorong untuk memperketat pengawasan dan fasilitas demi menghindari tragedi serupa di masa depan.

Semoga arwah Juliana Marins diterima di sisi-Nya, dan keluarga diberikan ketabahan.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *