Karnaval Sound Horeg Malang

Karnaval Sound Horeg Ricuh, Warga Ngamuk Gara-gara Anak Sakit

Karnaval Sound Horeg yang seharusnya menjadi ajang hiburan warga di Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, justru berubah ricuh. Seorang warga yang anaknya tengah sakit memprotes suara karnaval yang terlalu keras. Protes tersebut berujung adu jotos antara warga dan peserta karnaval.

Insiden terjadi saat rombongan Sound Horeg melintas sebagai bagian dari acara Bersih Desa pada Minggu siang. Suara pengeras yang menggelegar membuat rumah-rumah di sepanjang jalan bergetar. Salah satu warga, RM (55), keluar rumah untuk meminta agar suara dikecilkan karena anaknya sedang sakit.

Suaminya, MA (57), yang merasa terganggu oleh kegaduhan itu, ikut keluar dan mendorong salah satu peserta karnaval. Tindakan tersebut memicu kemarahan rombongan Sound Horeg hingga terjadi aksi pemukulan terhadap MA. Akibatnya, pelipis MA mengalami luka memar yang cukup serius.

“Saya keluar karena anak saya sedang sakit. Suara itu sangat mengganggu. Tapi yang terjadi malah saya dan suami dipukuli,” ujar RM kepada media lokal.

Situasi Memanas, Polisi Turun Tangan

Setelah keributan terjadi, sejumlah warga berupaya melerai. Namun, ketegangan terus memuncak hingga akhirnya pihak kepolisian dari Polresta Malang Kota turun ke lokasi. Petugas langsung mengamankan situasi dan membawa kedua pihak untuk dimediasi.

Kapolsek Sukun, Kompol Nyoto Gelar, menjelaskan bahwa konflik tersebut bermula dari miskomunikasi dan emosi sesaat. “Kami berusaha redakan situasi. Tidak ada yang diuntungkan kalau masalah seperti ini dibiarkan membesar,” ujarnya.

Senin pagi (14 Juli), mediasi resmi dilakukan antara keluarga korban dan rombongan peserta karnaval dengan fasilitasi pihak kelurahan dan kepolisian. Hasilnya, kedua belah pihak sepakat menyelesaikan masalah secara kekeluargaan. Pihak karnaval juga bersedia memberikan ganti rugi kepada keluarga MA.

“Kami sepakat damai. Tidak ingin perkara ini berlarut,” kata salah satu perwakilan panitia karnaval.

Laporan kepolisian yang sebelumnya dilayangkan oleh MA juga akhirnya dicabut setelah kesepakatan damai tersebut dicapai.

Peristiwa ini menjadi sorotan warga net, terutama soal keberadaan “Sound Horeg” yang kerap mengeluarkan suara bising berlebihan. Tidak sedikit netizen yang menyayangkan tidak adanya batasan volume pada kegiatan di lingkungan padat penduduk.

Baca Juga: Pelempar Batu KRL Bogor Ditangkap, Kereta Rusak Parah

“Kalau ini dibiarkan terus, bisa berbahaya. Bukan hanya mengganggu, tapi bisa sebabkan konflik horizontal,” tulis salah satu komentar di media sosial.

Perlu Regulasi Lebih Tegas

Insiden ini menunjukkan bahwa hiburan rakyat tetap perlu diatur. Beberapa warga berharap adanya regulasi tegas soal penggunaan sound system dalam acara lingkungan seperti karnaval atau hajatan.

Ketua RT setempat mengaku tidak memberikan izin eksplisit untuk penggunaan sound system sebesar itu. “Kami hanya tahu ada karnaval, tapi tidak tahu kalau akan ada sound sekeras itu,” jelasnya.

Kasus Karnaval Sound Horeg Malang ini menjadi pengingat bahwa hiburan warga perlu diselaraskan dengan kenyamanan dan ketenangan lingkungan. Koordinasi dan komunikasi dengan masyarakat sekitar penting agar kejadian serupa tak terulang.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *