Taiwan Gelar Latihan Perang Antisipasi Serangan China

Taiwan Gelar Latihan Perang Antisipasi Serangan China

Pemerintah Taiwan meningkatkan kesiagaan nasional dengan menggelar latihan militer tahunan terbesar mereka, Han Kuang, sebagai langkah antisipasi terhadap potensi serangan dari Republik Rakyat China. Latihan ini berlangsung selama 10 hari penuh dan melibatkan ribuan personel dari militer reguler, pasukan cadangan, serta komponen sipil.

Latihan Han Kuang 2025 menjadi simbol pernyataan kesiapan Taiwan dalam menghadapi eskalasi militer di kawasan Asia Timur. Kegiatan ini mencakup simulasi tempur di berbagai medan, termasuk pertahanan pantai, penanganan invasi udara, serta latihan logistik dan mobilisasi cepat. Salah satu yang menjadi sorotan adalah penggunaan senjata berat modern seperti sistem peluncur HIMARS buatan Amerika Serikat dan tank M1A2T Abrams yang baru saja dikirim ke Taiwan.

Presiden Taiwan, yang hadir langsung dalam beberapa sesi latihan, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan bentuk provokasi, melainkan langkah konstitusional dalam menjaga kedaulatan nasional. Menurutnya, masyarakat Taiwan perlu siap dalam menghadapi skenario terburuk, termasuk kemungkinan blokade atau invasi dari Beijing. “Kami tidak ingin perang, tetapi kami siap jika itu datang,” ujarnya dalam sesi jumpa pers di salah satu lokasi latihan.

Strategi Pertahanan Menyeluruh Libatkan Warga Sipil

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Han Kuang 2025 mengadopsi pendekatan baru bernama strategi “pertahanan menyeluruh” atau whole-of-society defense. Ini berarti bukan hanya militer yang berperan, tetapi juga lembaga pemerintah, sekolah, rumah sakit, hingga warga sipil turut dilatih dalam kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat.

Simulasi evakuasi massal dilakukan di stasiun MRT dan kawasan perkotaan padat seperti Taipei dan Kaohsiung. Pasukan cadangan ditempatkan di titik-titik strategis untuk membantu mengevakuasi warga, menjaga ketertiban, serta mengamankan objek vital seperti jaringan komunikasi, pembangkit listrik, dan pusat pemerintahan.

Latihan ini tidak hanya menunjukkan kesiapan militer, tetapi juga upaya pemerintah dalam membangun kesadaran publik mengenai pentingnya pertahanan sipil. Pemerintah Taiwan menyadari bahwa perang modern tidak hanya terjadi di medan tempur terbuka, tetapi juga menyasar infrastruktur, ekonomi, dan psikologi masyarakat. Oleh karena itu, simulasi dilakukan secara realistis dan melibatkan berbagai sektor.

China Kecam, Taiwan Tegaskan Sikap Defensif

Sementara itu, pemerintah China mengeluarkan kecaman keras terhadap latihan Han Kuang, menyebutnya sebagai tindakan yang memperkeruh situasi dan berpotensi meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan. Beijing bahkan dilaporkan melakukan latihan militer tandingan di wilayah perairan sekitarnya sebagai bentuk unjuk kekuatan.

Namun, Taiwan bersikukuh bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan bersifat defensif dan tidak melanggar hukum internasional. Pemerintah Taipei menyatakan tidak akan mundur dalam upaya mempertahankan kedaulatan dan hak untuk menentukan nasib sendiri. Latihan Han Kuang adalah bagian dari agenda nasional yang telah direncanakan jauh-jauh hari, bukan reaksi spontan atas tekanan geopolitik.

Baca juga : AS Desak China Cegah Iran Tutup Selat Hormuz, Ancaman Global di Jalur Minyak Strategis

Latihan tahun ini juga menjadi penanda penting bagi modernisasi militer Taiwan. Selain sistem HIMARS dan tank baru, Taiwan juga menguji sistem komando dan kendali berbasis jaringan, penggunaan drone pengintai, serta peningkatan kemampuan tempur gabungan antara angkatan darat, laut, dan udara.

Keberhasilan latihan ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap kemampuan pertahanan nasional dan mengirimkan pesan kuat kepada dunia internasional bahwa Taiwan siap melindungi dirinya dari ancaman apa pun yang datang.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *