Pemerintah Amerika Serikat menyampaikan kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan antara Israel dan Suriah, menyusul serangan udara Israel terhadap wilayah Damaskus yang diklaim sebagai respons atas serangan terhadap komunitas Druze. Menurut Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, situasi ini bukan hanya konflik militer biasa, melainkan menyangkut sejarah panjang, dinamika etnis, dan risiko perluasan konflik regional.
“Masalah ini jauh lebih kompleks dari yang terlihat,” ujar Rubio dalam konferensi pers di Washington. Ia menegaskan bahwa pihaknya sedang menjalin komunikasi intensif dengan para pemimpin di kawasan, termasuk Israel dan Suriah, guna menurunkan eskalasi dan mendorong dimulainya dialog langsung.
Amerika Serikat menyebut bahwa klaim Israel yang ingin melindungi komunitas Druze dari ancaman milisi Suriah harus diselidiki lebih lanjut. Washington menegaskan belum ada bukti konkret yang mendukung bahwa pemerintah Suriah tengah melakukan pembantaian terhadap kelompok minoritas tersebut. Namun demikian, AS tidak menampik adanya kekerasan di wilayah Suwayda dan sekitarnya yang melibatkan aktor non-negara.
Dalam upaya mediasi, utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Tom Barrack, dikabarkan telah menghubungi penasihat utama Perdana Menteri Israel serta perwakilan nonresmi dari Suriah. Tujuannya adalah mendorong gencatan senjata lokal dan mempertemukan kedua pihak dalam perundingan yang dimediasi negara ketiga.
PBB dan Dunia Internasional Desak Gencatan Senjata
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menyampaikan kecaman terhadap eskalasi militer yang terjadi di Suriah. Menurutnya, serangan udara ke wilayah ibu kota Damaskus, terlebih ke kawasan yang dekat dengan pemukiman sipil, sangat berbahaya dan berpotensi menghancurkan proses pemulihan pasca-perang yang selama ini berlangsung lambat.
Guterres menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan memprioritaskan penyelesaian diplomatik. Ia juga memperingatkan bahwa serangan lanjutan hanya akan memperparah penderitaan rakyat Suriah yang sudah bertahun-tahun terjebak dalam konflik berkepanjangan. PBB juga meminta akses kemanusiaan tetap dijamin di wilayah terdampak.
Sementara itu, Liga Arab dan sejumlah negara di kawasan Timur Tengah turut mengecam tindakan militer Israel. Mereka menyatakan bahwa stabilitas kawasan terganggu dan meminta kekuatan-kekuatan besar seperti AS, Rusia, dan Turki untuk turut mencegah konflik meluas. Negara-negara tersebut menilai bahwa operasi militer sepihak, baik dari Israel maupun kelompok bersenjata di Suriah, hanya akan memperkeruh situasi dan memperburuk krisis regional.
Jalan Diplomasi Masih Terbuka
Amerika Serikat menegaskan bahwa jalan diplomasi masih terbuka dan menjadi opsi terbaik yang harus diambil semua pihak. Sekretaris Negara Marco Rubio mengungkapkan bahwa beberapa langkah konkret telah disepakati untuk meredakan konflik. Namun ia menambahkan bahwa pernyataan politik saja tidak cukup tanpa bukti tindakan nyata di lapangan.
Baca juga : Trump Terapkan Tarif 30% ke Produk UE dan Meksiko
AS mendesak Israel untuk menahan diri dari serangan lanjutan dan meminta Suriah mengendalikan milisi-milisi lokal yang berpotensi memperkeruh situasi. Selain itu, AS juga menyampaikan bahwa bantuan kemanusiaan harus menjadi prioritas dan tidak boleh terhambat oleh aktivitas militer.
Pemerintah AS berkomitmen untuk terus memfasilitasi dialog dan akan meningkatkan intensitas diplomasi dalam beberapa hari ke depan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa krisis tidak berubah menjadi konflik terbuka berskala besar yang dapat menyeret aktor regional dan internasional lainnya.