Tragedi Ponpes Sidoarjo kembali menyita perhatian nasional setelah tim SAR melanjutkan pencarian korban di kompleks Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Bangunan musala yang ambruk saat aktivitas ibadah menyisakan puing tak stabil, memaksa proses evakuasi dilakukan bertahap dengan prioritas keselamatan personel. Aparat gabungan menutup akses non-esensial, menyiapkan jalur evakuasi, dan mengatur lalu lintas agar ambulans serta alat berat dapat bergerak tanpa hambatan.
Di lapangan, Basarnas, BPBD, TNI, Polri, dan relawan bekerja dalam komando terpadu. Mereka mengombinasikan pencarian manual, pemetaan titik panas, dan penggunaan alat berat begitu kondisi memungkinkan. Pemeriksaan struktur dilakukan berkala untuk mencegah runtuhan susulan, sementara posko informasi menyediakan pembaruan resmi agar warga memperoleh kabar valid. Pemerintah daerah menekankan pentingnya verifikasi data dan menghormati privasi keluarga korban selama proses identifikasi berlangsung.
Kronologi Evakuasi dan Temuan
Sejak hari pertama, fokus utama adalah menyelamatkan korban selamat dan mengevakuasi korban meninggal secara bermartabat. Pencarian dimulai dari area terdampak paling parah di sekitar musala, berlanjut ke ruang belajar, koridor, serta titik yang diduga menjadi jalur evakuasi spontan. Identifikasi lokasi prioritas dilakukan dengan mendengarkan tanda kehidupan, memanfaatkan kamera snake, serta menyingkirkan puing ringan sebelum alat berat masuk. Ketika stabilitas struktur memadai, crane dikerahkan untuk mengangkat beton besar, sementara petugas medis bersiap memberikan pertolongan cepat bagi korban yang ditemukan.
Pada hari-hari berikutnya, pencarian meluas ke area wudu dan ruang penyangga di sisi bangunan. Tim teknis memantau pergeseran puing dan potensi kantong udara yang bisa menyisakan korban selamat. Setiap temuan dicatat dengan koordinat dan waktu, kemudian dibawa ke rumah sakit rujukan untuk proses identifikasi forensik. Tragedi Ponpes Sidoarjo selalu disebut dalam rilis resmi untuk menegaskan konsistensi informasi publik, sekaligus mendorong masyarakat tidak menyebarkan spekulasi. Mekanisme komunikasi dua arah melalui posko dan kanal pemerintah daerah dimanfaatkan untuk menampung laporan warga serta meminimalkan simpang siur.
Baca juga : Reformasi Polri Yusril Jimly Masuk Tim
Dampak psikologis dirasakan keluarga, santri, dan warga sekitar. Pemerintah daerah menugaskan tim layanan dukungan psikososial untuk mendampingi keluarga korban dan saksi. Sekolah sekitar diminta menyiapkan ruang belajar sementara apabila diperlukan penyesuaian kegiatan. Distribusi logistik untuk relawan dan keluarga terdampak dipastikan mencukupi, termasuk kebutuhan dasar dan layanan kesehatan. Tragedi Ponpes Sidoarjo menjadi perhatian lintas lembaga agar penanganan darurat berjalan serasi, dari pengaturan lalu lintas hingga keamanan lokasi.
Memasuki fase transisi, perhatian bergeser ke investigasi teknis dan rekonstruksi. Tim ahli struktur memeriksa mutu material, metode pekerjaan lantai atas, dan kepatuhan terhadap perizinan bangunan. Rekomendasi jangka pendek mencakup penguatan zona rawan, pemasangan pagar pembatas, dan audit keselamatan pada fasilitas pendidikan sekitar. Jangka menengah mencakup penyusunan standar inspeksi berkala, simulasi kebencanaan di satuan pendidikan, serta pelatihan evakuasi terukur. Di sisi komunikasi, pemerintah daerah menegaskan satu pintu informasi untuk mencegah hoaks, sementara pendampingan hukum dan administrasi disiapkan bagi keluarga yang membutuhkan dukungan dokumen resmi.