Biaya Sekolah Garuda diperkirakan sekitar Rp200 miliar untuk pembangunan satu sekolah baru. Pemerintah menyebut investasi fisik ini berjalan bersamaan dengan pembinaan sekolah unggul yang sudah ada agar dampak menjangkau lebih luas. Peluncuran di sejumlah titik diproyeksikan mempercepat pemerataan akses sains dan teknologi, sekaligus menyiapkan jalur beasiswa dan kemitraan industri. Target operasional bertahap dimulai tahun ajaran depan melalui rekrutmen guru, penyelarasan kurikulum, dan pengadaan laboratorium.
Di luar pembangunan gedung, desain kelembagaan akan menentukan mutu lulusan. Pemerintah menempatkan sebagian anggaran sebagai dana abadi untuk keberlanjutan layanan, dari pemeliharaan laboratorium hingga bantuan bagi siswa berprestasi. Pada fase awal, Biaya Sekolah Garuda diprioritaskan di wilayah strategis untuk mengimbaskan praktik ke sekolah sekitar. Proses perekrutan, seleksi siswa, dan standar audit disinkronkan agar setiap rupiah terukur manfaatnya.
Pendanaan, Jadwal, dan Rencana Operasi
Skema pendanaan memadukan belanja modal untuk konstruksi, pengadaan peralatan laboratorium, serta penguatan kapasitas guru. Pemerintah menyertakan komponen dana abadi agar biaya operasional tidak bergantung penuh pada siklus APBN tahunan. Porsi dukungan mitra swasta dan perguruan tinggi diarahkan ke magang, riset terapan, dan sertifikasi. Untuk mencegah ketimpangan, jalur afirmasi disiapkan bagi siswa dari keluarga berpenghasilan rendah. Dalam kerangka ini, Biaya Sekolah Garuda diperlakukan sebagai patokan untuk menjamin standar minimum fasilitas dan keselamatan.
Berikutnya, pemerintah menstandardkan laboratorium, asrama, serta fasilitas keselamatan. Biaya Sekolah Garuda disesuaikan dengan tantangan geografis dan ketersediaan lahan, sehingga angka per unit bisa berbeda. Jadwal pengadaan dibuat transparan lewat ekatalog dan tender terbuka agar pemasok bersaing sehat. Skema transformasi memberi pelatihan kepala sekolah dan guru inti agar inovasi tidak hanya bertumpu pada gedung baru. Seluruh tahapan diikat indikator kinerja yang diumumkan berkala untuk menjaga akuntabilitas.
Kehadiran sekolah baru di daerah membawa efek berganda. Lapangan kerja tercipta dari konstruksi dan jasa penunjang seperti katering, laundry, dan transportasi. Vendor lokal diberi peluang melalui syarat tingkat kandungan dalam negeri dan pelatihan pengadaan. Pemda menyiapkan utilitas, akses jalan, dan jaringan internet cepat agar ekosistem belajar riset berjalan mulus. Dampak jangka panjang diukur lewat penerimaan lulusan di kampus unggulan, publikasi kompetisi sains, serta proyek inovasi yang bermanfaat bagi industri setempat.
Akuntabilitas menjadi sorotan utama. Audit fisik dan kinerja dilakukan berkala oleh inspektorat dan BPK, dengan ringkasan yang mudah diakses publik. Biaya Sekolah Garuda dipaparkan per paket pekerjaan sehingga masyarakat dapat menilai kewajaran harga. Mekanisme aduan dibuka bagi warga dan orang tua untuk melaporkan kendala layanan. Evaluasi tahunan menentukan apakah model sekolah baru atau skema transformasi lebih efektif, agar anggaran negara terus diarahkan ke program yang paling berdampak.
