Penemuan Kerangka Polri di area proyek RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, Aceh Barat, menjadi perhatian publik. Kerangka manusia tersebut ditemukan oleh pekerja proyek pembangunan fondasi gedung baru pada awal Oktober 2025. Dari hasil pemeriksaan awal, polisi menduga jasad itu merupakan anggota Polri yang menjadi korban tsunami Aceh 2004, karena di sekitar lokasi juga ditemukan atribut khas seperti sabuk polisi, kaus hitam bertuliskan “Polisi”, dan celana dinas lapangan.
Kepolisian setempat langsung mengevakuasi sisa kerangka dan mengamankannya di ruang jenazah rumah sakit. Proses identifikasi tengah dilakukan oleh tim forensik Polda Aceh untuk memastikan identitas korban. Penemuan ini menjadi pengingat akan besarnya dampak tsunami Aceh dua dekade silam yang masih meninggalkan jejak sejarah dan kehilangan mendalam bagi keluarga korban dan institusi keamanan.
Proses Identifikasi dan Barang Bukti yang Ditemukan
Kerangka manusia yang ditemukan sudah dalam kondisi tidak utuh dan sebagian tertimbun material bangunan. Petugas gabungan dari kepolisian dan pihak rumah sakit mengevakuasi potongan tulang dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan. Barang-barang yang ditemukan di sekitar lokasi menjadi petunjuk penting dalam proses identifikasi. Seragam lapangan, sabuk bertuliskan “Polisi”, dan potongan pakaian menjadi bukti awal yang mengarahkan dugaan kuat bahwa korban adalah personel Polri yang hilang pada bencana tsunami 2004.
Tim forensik akan melakukan analisis lanjutan termasuk pemeriksaan DNA, perbandingan catatan hilangnya personel, serta pencocokan dengan data keluarga korban. Menurut pihak kepolisian, Penemuan Kerangka Polri ini juga akan dikoordinasikan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan lembaga forensik nasional untuk mendapatkan hasil akurat. Sementara itu, kerangka tersebut disimpan di ruang pendingin RSUD Meulaboh sambil menunggu hasil resmi dari pemeriksaan laboratorium.
Temuan ini memunculkan kembali kenangan kolektif masyarakat Aceh terhadap masa pemulihan panjang pascatsunami. Banyak di antara korban yang hingga kini belum teridentifikasi. Bagi institusi Polri, hasil identifikasi nantinya akan digunakan untuk memberi penghormatan layak kepada anggota yang gugur dalam tugas kemanusiaan. Hal ini menjadi simbol komitmen menjaga ingatan sejarah dan menghormati pengabdian korban bencana.
Baca juga : Tragedi Ponpes Sidoarjo Kronologi Evakuasi dan Dampak
Kabar Penemuan Kerangka Polri disambut empati luas dari masyarakat Aceh dan kalangan aparat. Banyak warga datang ke lokasi proyek untuk memastikan kebenaran informasi, sementara sebagian lain mengirim doa bagi seluruh korban yang belum ditemukan. Pemerintah daerah menyatakan dukungan penuh terhadap proses forensik agar identitas korban bisa segera diketahui dan dimakamkan dengan penghormatan resmi.
Selain aspek kemanusiaan, penemuan ini juga menjadi momentum evaluasi terhadap proyek infrastruktur di wilayah bekas bencana. Pemerintah mengimbau setiap kegiatan pembangunan di Aceh dilakukan dengan pendekatan arkeologis dan historis, mengingat banyak area masih menyimpan jejak korban tsunami. Bagi masyarakat dan lembaga penegak hukum, momen ini menjadi refleksi atas pentingnya dokumentasi korban dan peningkatan kapasitas forensik daerah. Dua puluh tahun setelah bencana besar itu, Penemuan Kerangka Polri mengingatkan kembali bahwa rekonsiliasi dan penghormatan terhadap korban masih menjadi bagian dari perjalanan panjang Aceh menuju pemulihan penuh.