Banjir Aceh Barat kembali merendam puluhan desa di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, setelah hujan lebat turun tanpa henti sejak Senin malam. Genangan air setinggi 20 hingga 50 sentimeter menutup jalan permukiman, memasuki rumah warga, dan membuat kegiatan ekonomi tersendat. Luapan sungai yang melintas di sekitar permukiman disebut menjadi pemicu utama, ditambah buruknya saluran drainase di beberapa titik padat penduduk.
Di tengah situasi itu, warga berupaya mengamankan barang berharga ke tempat lebih tinggi sementara anak-anak diarahkan tetap berada di dalam rumah. Sebagian keluarga memilih mengungsi ke rumah kerabat di dataran lebih aman karena khawatir hujan masih akan turun dengan intensitas tinggi. Peristiwa Banjir Aceh Barat tahun ini menambah deretan banjir musiman yang berulang dalam beberapa tahun terakhir dan memicu desakan agar pemerintah mempercepat langkah penanganan banjir secara permanen. Pemerintah kabupaten menyiagakan petugas pemantau di desa-desa rawan untuk memastikan evakuasi cepat bila ketinggian air kembali meningkat.
Dampak Banjir pada Warga dan Fasilitas Umum
Di sejumlah desa, peristiwa banjir ini membuat aktivitas warga berhenti mendadak. Akses jalan utama yang terendam menyulitkan kendaraan roda dua maupun roda empat untuk melintas, sehingga sebagian warga harus berjalan kaki menembus genangan air untuk membeli kebutuhan pokok. Sejumlah sekolah dasar dan madrasah terpaksa meniadakan kegiatan tatap muka karena ruang kelas dan halaman sekolah ikut tergenang. Guru kemudian mengalihkan pembelajaran melalui tugas rumah sederhana agar anak-anak tetap belajar walau kondisi lingkungan belum sepenuhnya aman.
Pelaku usaha kecil di pasar tradisional mengeluhkan menurunnya jumlah pembeli, karena warga lebih fokus menyelamatkan barang dan membersihkan rumah dari lumpur. Sebagian pedagang memilih menutup kios untuk mengurangi risiko kerusakan barang dagangan. Ketika Banjir Aceh Barat terjadi berulang, kerugian ekonomi rumah tangga makin terasa karena pendapatan harian berkurang sementara pengeluaran meningkat untuk memperbaiki rumah, perabot, dan membeli obat-obatan.
Petani di wilayah hilir sungai juga khawatir tanaman padi muda akan rusak jika tergenang air terlalu lama selama musim hujan ini. Di beberapa titik, fasilitas umum seperti posyandu dan meunasah ikut terendam sehingga layanan kesehatan dasar dan kegiatan keagamaan harus dipindahkan sementara ke bangunan milik warga yang lokasinya lebih tinggi. Kondisi ini menambah beban psikologis, terutama bagi lansia dan anak-anak yang harus beradaptasi dengan lingkungan pengungsian seadanya.
Pemerintah daerah bersama aparat desa mengaktifkan posko darurat di beberapa titik strategis untuk menyalurkan bantuan logistik, mulai dari beras, air bersih, makanan siap saji, hingga perlengkapan bayi dan lansia. Relawan muda dilibatkan untuk membantu proses pendataan warga terdampak, serta memastikan kebutuhan khusus seperti obat bagi penderita penyakit kronis tetap tersedia. Kendaraan double cabin dan perahu karet disiagakan bila Banjir Aceh Barat kembali naik dan memaksa evakuasi cepat dari rumah-rumah yang berada di bantaran sungai.
Baca juga : Penemuan Kerangka Polri Korban Tsunami Aceh 2004
Dalam jangka menengah, pemerintah kabupaten mendorong normalisasi sungai dan pembersihan rutin saluran drainase agar aliran air tidak lagi tersumbat oleh sampah dan endapan lumpur. Program penanaman pohon di daerah hulu dan penguatan tebing sungai juga direncanakan untuk mengurangi risiko longsor sekaligus menahan laju aliran air saat hujan deras. Masyarakat diajak berpartisipasi melalui gotong royong membersihkan parit, mendirikan lumbung logistik desa, dan menyusun jalur evakuasi mandiri yang mudah dipahami semua warga.
Tokoh agama serta tokoh adat dilibatkan menyampaikan pesan kepedulian lingkungan dalam pengajian maupun pertemuan kampung, sehingga kesadaran kolektif terhadap ancaman banjir meningkat. Dengan dukungan kebijakan yang konsisten dan kedisiplinan warga menjaga lingkungan, dampak Banjir Aceh Barat di masa depan diharapkan tidak lagi sebesar peristiwa tahun ini. Upaya edukasi kebencanaan sejak dini di sekolah juga menjadi kunci penting.


