Kepanikan Dini Hari di Kwitang
Suasana dini hari yang seharusnya tenang berubah mencekam di kawasan Kramat Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (28/6/2025). Kebakaran hebat melanda pemukiman padat penduduk, memaksa warga berhamburan menyelamatkan diri dengan hanya membawa barang seadanya.
Api berkobar cepat, melahap belasan rumah semi permanen yang berdempetan. Kepulan asap hitam membubung tinggi ke langit Jakarta, menjadi pertanda duka di kawasan yang sebagian besar dihuni warga berpenghasilan rendah.
Warga Hanya Sempat Selamatkan Baju di Jemuran
Dayat, salah seorang warga terdampak, bercerita dengan suara bergetar. Saat api mulai membesar, ia terbangun dan hanya sempat menyelamatkan pakaian yang sedang dijemur di halaman rumah.
“Yang sempat saya ambil cuma baju di jemuran. Barang-barang lain nggak keburu. Api cepat sekali,” ungkap Dayat saat ditemui wartawan.
Banyak warga lainnya mengalami hal serupa. Mereka tak sempat membawa dokumen penting, peralatan elektronik, bahkan perhiasan yang menjadi tabungan mereka selama ini. Yang tersisa hanyalah baju di badan dan rasa trauma mendalam.
Pemadaman Melibatkan 20 Unit Damkar
Petugas pemadam kebakaran bergerak cepat begitu menerima laporan. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mengerahkan sedikitnya 20 unit mobil pemadam ke lokasi. Namun kondisi pemukiman padat dan akses jalan sempit membuat proses pemadaman tidak berjalan mudah.
Menurut laporan Gulkarmat, api berhasil dikendalikan setelah lebih dari dua jam berjibaku. Untungnya, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Meski demikian, kerugian material diperkirakan cukup besar, mengingat banyak rumah warga yang ludes terbakar.
Diduga Karena Korsleting Listrik
Hingga kini, penyebab pasti kebakaran masih dalam penyelidikan. Namun dugaan awal mengarah pada korsleting listrik di salah satu rumah warga. Instalasi listrik di kawasan padat penduduk seperti Kwitang memang kerap menjadi masalah, terutama di rumah semi permanen yang banyak menggunakan sambungan listrik seadanya.
Korsleting listrik masih menjadi penyebab utama kebakaran di DKI Jakarta. Berdasarkan data Gulkarmat, sepanjang tahun lalu saja terjadi lebih dari 1.600 kasus kebakaran di ibu kota, dengan sekitar 55 persen disebabkan oleh korsleting.
Trauma Psikologis Menghantui Korban
Selain kerugian harta benda, kebakaran Kwitang menyisakan luka psikologis mendalam. Bagi warga yang kehilangan tempat tinggal, trauma melihat api melahap rumah mereka sulit dihilangkan.
Anak-anak menjadi salah satu kelompok paling rentan terdampak trauma. Mereka kini mengungsi ke tempat penampungan sementara, bersama keluarga yang masih berusaha memproses kenyataan pahit kehilangan rumah dan harta benda.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui kelurahan setempat telah mendirikan posko bantuan. Warga terdampak mulai menerima bantuan logistik, seperti makanan, pakaian, dan obat-obatan. Namun, kebutuhan akan tempat tinggal sementara dan pemulihan psikologis tetap menjadi pekerjaan rumah besar.
Upaya Pencegahan Kebakaran
Peristiwa di Kwitang kembali menjadi peringatan keras bagi warga Jakarta akan bahaya kebakaran, terutama di kawasan padat penduduk. Pemerintah DKI Jakarta mengimbau warga lebih disiplin memeriksa instalasi listrik, tidak menggunakan stop kontak bertumpuk, dan segera melaporkan kondisi kabel yang mencurigakan.
Dinas Gulkarmat DKI Jakarta juga terus melakukan sosialisasi cara penanggulangan kebakaran, termasuk simulasi evakuasi. Namun tantangan terbesar adalah kondisi permukiman padat, di mana rumah-rumah berdempetan sehingga mempercepat penyebaran api.
Solidaritas Warga Mengalir
Di tengah musibah, solidaritas warga Kwitang patut diacungi jempol. Banyak warga sekitar yang langsung membantu memadamkan api dengan alat seadanya sebelum petugas datang. Usai kebakaran, mereka bahu membahu membantu korban mengangkut sisa barang, mendirikan dapur umum, hingga mengumpulkan donasi.
Media sosial juga ramai menggalang bantuan. Sejumlah lembaga kemanusiaan membuka rekening donasi untuk membantu korban kebakaran Kwitang. Masyarakat Jakarta dikenal cepat merespons bencana semacam ini, sebagai bentuk solidaritas sosial yang masih kental di ibu kota.
Harapan Akan Hidup Baru
Meski harta benda lenyap dilalap api, para korban kebakaran Kwitang menunjukkan semangat pantang menyerah. Bagi Dayat dan warga lainnya, harapan terbesar adalah bisa segera memiliki tempat tinggal layak kembali.
“Kami berharap ada bantuan untuk bangun rumah lagi. Biar anak-anak bisa sekolah dengan tenang,” tutur Dayat.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menjanjikan akan membantu pembangunan kembali rumah warga terdampak, meskipun prosesnya tentu memerlukan waktu.
Kebakaran di Kwitang menjadi pengingat keras betapa pentingnya kewaspadaan, terutama di kawasan padat penduduk. Tidak hanya soal instalasi listrik, tetapi juga kesiapsiagaan warga dalam menghadapi kemungkinan bencana sewaktu-waktu.
Duka dan Pelajaran Berharga
Peristiwa kebakaran di Kwitang bukan hanya soal kerugian materi, tetapi juga soal kehilangan rasa aman dan trauma psikologis. Meski tidak ada korban jiwa, luka batin yang ditinggalkan sangat dalam.
Semoga musibah ini menjadi pelajaran berharga agar semua pihak lebih waspada dan pemerintah semakin sigap dalam penanganan bencana kebakaran. Solidaritas masyarakat menjadi cahaya di tengah kepiluan, memberi harapan bahwa warga Kwitang akan bangkit kembali.