Insentif Guru MBG sebesar Rp100 ribu per hari mulai diterapkan untuk guru yang ditunjuk sebagai penanggung jawab layanan makan bergizi di sekolah. Kebijakan ini hadir sebagai apresiasi atas tugas tambahan yang menuntut ketelitian jadwal, kontrol kebersihan, serta koordinasi dengan penyedia dan tenaga kesehatan. Dengan adanya kompensasi harian, beban administratif dan operasional di lapangan diharapkan lebih proporsional sehingga layanan dapat berjalan tertib, aman, dan tepat waktu untuk seluruh peserta didik.
Di sisi manajerial, kepala sekolah diminta menyiapkan penunjukan resmi, pembagian sift, serta prosedur pelaporan yang ringkas. PIC berperan mengawasi penerimaan bahan, pengecekan suhu, dan pencatatan distribusi per kelas. Mekanisme ini penting untuk menjaga akuntabilitas ketika terjadi kendala seperti keterlambatan pasokan atau keluhan kesehatan. Dengan tugas yang terstruktur dan insentif yang jelas, kualitas layanan meningkat tanpa mengganggu ritme belajar mengajar.
Rincian Kebijakan dan Tugas PIC
Penugasan dilakukan harian mengikuti kalender layanan. Sekolah menetapkan satu hingga tiga guru sesuai kebutuhan, dengan rotasi agar beban kerja merata. Dokumen penunjukan memuat ruang lingkup kerja, mulai dari verifikasi pemasok, kontrol penerimaan bahan, hingga pengawasan penyajian. PIC menandai jam kedatangan, volume, dan kondisi bahan, lalu melakukan pemeriksaan visual terhadap kebersihan alat dan area kerja. Ketika ada anomali, PIC mencatat, memisahkan batch, dan melapor ke tim sekolah untuk tindakan segera.
Pelaporan singkat di akhir hari berisi jumlah porsi, catatan suhu, sisa makanan, dan temuan lapangan. Data ini dipakai untuk evaluasi mingguan dan kebutuhan perbaikan. Sekolah menempatkan papan kontrol harian agar seluruh pihak memahami standar. Kanal aduan internal dibuka untuk orang tua dan guru wali kelas, sehingga koreksi bisa dilakukan secepatnya tanpa mengganggu jadwal layanan. Prosedur rapi memperkecil peluang salah urus dan memudahkan audit sewaktu-waktu.
Baca juga : Isu Nampan MBG, BPJPH Audit Pemasok di China
Implementasi membuat alur kerja lebih disiplin. Pemasok terdorong menata dokumentasi, mulai dari sertifikat kelayakan hingga log distribusi. Sekolah menyinkronkan jam penyajian dengan jadwal belajar agar antrean tidak menumpuk. Evaluasi berkala meninjau pola keluhan, ketepatan waktu, serta efisiensi penyaluran. Ketika ditemukan hambatan, tim menyusun rencana perbaikan dengan tenggat yang jelas, misalnya penggantian wadah, penataan ulang rute, atau penambahan titik cuci tangan.
Pengawasan berlapis melibatkan puskesmas, komite sekolah, dan dinas terkait. Simulasi respons cepat disiapkan untuk skenario darurat, dari penanganan keluhan ringan hingga rujukan medis. Edukasi kebersihan bagi siswa dan staf kantin diintegrasikan ke materi sekolah, supaya perilaku higienis tumbuh konsisten. Dengan tata kelola seperti ini, insentif keuangan menjadi pendorong profesionalisme, sementara mutu layanan kian terukur. Pada akhirnya, manfaat utama dirasakan siswa yang memperoleh asupan aman, bergizi, dan tersaji tepat waktu.