Keputusan Israel setujui rencana duduki Gaza City menuai perhatian internasional setelah Kepala Staf Militer Israel, Mayor Jenderal Eyal Zamir, memberikan persetujuan akhir. Padahal sebelumnya ia sempat menolak karena risiko besar terhadap para sandera serta potensi krisis kemanusiaan yang semakin parah. Rencana ini merupakan kelanjutan dari operasi militer Israel yang sudah menguasai sebagian besar wilayah Jalur Gaza.
Langkah Israel setujui rencana duduki Gaza City juga menegaskan posisi kabinet keamanan yang sejak awal mendukung langkah ekspansi militer. Namun, kebijakan ini mendapat kritik dari berbagai pihak, termasuk kelompok kemanusiaan internasional. Banyak pihak menilai bahwa aksi militer ini justru memperburuk penderitaan warga sipil yang terjebak di wilayah konflik.
Dampak Persetujuan Militer Israel
Israel setujui rencana duduki Gaza City dinilai sebagai titik eskalasi baru dalam konflik berkepanjangan. Dengan masuknya pasukan IDF ke pusat Kota Gaza, risiko korban sipil akan meningkat. Situasi semakin pelik karena masih banyak sandera yang ditahan kelompok bersenjata di wilayah tersebut.
Organisasi kemanusiaan internasional memperingatkan bahwa keputusan Israel setujui rencana duduki Gaza City dapat memperburuk akses bantuan ke wilayah yang sudah terdampak parah. Persediaan makanan, air bersih, dan obat-obatan semakin terbatas. Ribuan keluarga terpaksa mengungsi tanpa kepastian tempat tinggal. Kondisi ini berpotensi memicu krisis kemanusiaan lebih dalam jika operasi militer terus berlanjut.
Selain itu, negara-negara sahabat Israel ikut menyoroti keputusan ini. Amerika Serikat, sekutu utama, disebut masih berhati-hati dalam memberikan dukungan penuh. Hal ini menunjukkan bahwa langkah Israel setujui rencana duduki Gaza City juga bisa berdampak pada hubungan diplomasi dengan mitra internasional.
Keputusan Israel setujui rencana duduki Gaza City menuai kritik keras dari sejumlah pemimpin dunia. Beberapa negara Arab mengecam keras langkah tersebut, menyebutnya sebagai upaya aneksasi yang melanggar hukum internasional. PBB pun turut mengingatkan bahwa setiap tindakan militer harus mengutamakan perlindungan warga sipil.
Kekhawatiran utama adalah meningkatnya jumlah korban jiwa dan hancurnya infrastruktur penting. Jika Israel setujui rencana duduki Gaza City terus dijalankan, maka stabilitas kawasan Timur Tengah akan semakin terguncang. Konflik yang seharusnya bisa diselesaikan lewat diplomasi kini justru berisiko makin berkepanjangan.
Dengan kondisi ini, tekanan internasional semakin besar agar Israel meninjau kembali rencana mereka. Namun, hingga kini pemerintah Israel tetap teguh melanjutkan operasi militer di Gaza City. Dunia menunggu apakah ada peluang diplomasi yang bisa menghentikan eskalasi lebih lanjut.