Kasus mahasiswi Unpak menjadi sorotan setelah seorang mahasiswi Universitas Pakuan Bogor, Ira Siti Nurazizah, jatuh dari lantai tiga gedung kampus usai mengikuti ujian. Peristiwa yang terekam kamera pengawas itu membuat civitas akademika dan publik terhenyak, apalagi polisi menemukan surat tulisan tangan yang diduga ditinggalkan korban sebelum insiden. Isi surat yang ditujukan kepada orang tua tersebut menggambarkan kelelahan mental, rasa gagal sebagai anak, serta permintaan maaf berkali-kali yang kini dibaca sebagai tanda bahaya yang terlewatkan.
Di tengah doa agar Ira Siti Nurazizah pulih, Kasus mahasiswi Unpak memunculkan kembali pentingnya dukungan kesehatan mental bagi mahasiswa yang menghadapi tekanan akademik dan persoalan pribadi. Keberadaan surat yang menyentuh hati menunjukkan bahwa sinyal keputusasaan sebenarnya sudah ada, namun mungkin tidak terbaca oleh lingkungan sekitar. Tragedi di Universitas Pakuan Bogor ini menjadi pengingat bahwa kampus, keluarga, dan teman sebaya perlu lebih peka terhadap perubahan perilaku maupun keluhan emosional yang sering dianggap sepele di lingkungan kampus modern.
Kronologi Jatuhnya Mahasiswi Universitas Pakuan
Menurut keterangan polisi, Kasus mahasiswi Unpak bermula ketika Ira Siti Nurazizah mengikuti ujian di salah satu ruangan kampus Universitas Pakuan. Setelah ujian selesai, ia terlihat berjalan seorang diri menuju koridor lantai tiga, sebagaimana terekam dalam CCTV yang kini disita penyidik. Dalam rekaman itu tampak ia bergerak perlahan, lalu berhenti di dekat pembatas lantai bangunan. Sesaat kemudian, tubuh Ira terjatuh ke halaman parkir, membuat saksi di sekitar kampus histeris dan bergegas meminta pertolongan medis.
Petugas keamanan kampus dan dosen yang berada di lokasi segera mengevakuasi Ira Siti Nurazizah ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan intensif. Polisi lalu memasang garis pembatas di sekitar titik jatuh dan mengumpulkan barang-barang pribadi korban, termasuk tas dan telepon genggam. Dari proses olah tempat kejadian perkara, penyidik menemukan secarik surat yang kemudian menjadi fokus penyelidikan Kasus mahasiswi Unpak oleh aparat. Surat itu berisi curahan hati tentang kelelahan, rasa bersalah, dan keinginan berhenti berjuang yang kini dibaca publik sebagai jeritan minta tolong.
Sambil menunggu hasil pemeriksaan, polisi terus memeriksa saksi dari kalangan mahasiswa dan staf kampus Universitas Pakuan Bogor. Mereka menelusuri apakah Ira pernah mengeluhkan tekanan kuliah atau masalah keluarga yang berkaitan dengan kondisi psikologisnya. Informasi dari saksi sangat dibutuhkan untuk membaca ulang tanda-tanda yang mungkin terabaikan.
Pihak Universitas Pakuan menyatakan keprihatinan mendalam atas insiden yang menimpa Ira Siti Nurazizah dan menegaskan komitmen untuk mendampingi proses pemulihan. Pihak kampus disebut berkoordinasi dengan keluarga dan tenaga kesehatan untuk memastikan perawatan terbaik selama mahasiswi tersebut dirawat di rumah sakit. Di saat yang sama, pimpinan kampus meninjau kembali layanan konseling yang tersedia bagi mahasiswa agar Kasus mahasiswi Unpak dapat menjadi titik balik penguatan dukungan psikologis. Langkah ini diharapkan membuat mahasiswa merasa lebih aman membuka diri ketika menghadapi masalah berat yang tidak sanggup ditanggung sendirian.
Baca juga : TNI Pastikan Pesawat Latih Sipil yang Jatuh di Bogor Laik Terbang
Kasus ini juga mendorong banyak pihak menyoroti pentingnya literasi kesehatan mental di lingkungan kampus, termasuk di Universitas Pakuan Bogor. Dosen, organisasi mahasiswa, dan lembaga layanan psikologis diminta aktif memberikan sosialisasi tentang cara mencari bantuan profesional ketika tekanan studi dan masalah pribadi terasa menghimpit. Melalui refleksi terhadap Kasus mahasiswi Unpak, diharapkan lahir komitmen bersama untuk tidak lagi menyepelekan ucapan lelah, putus asa, atau keinginan menghilang dari percakapan sehari-hari.
Dengan begitu, tragedi yang menimpa Ira Siti Nurazizah bisa menjadi pelajaran pahit agar kampus makin ramah terhadap kesehatan mental warganya.Selain itu, aparat kepolisian mengingatkan masyarakat untuk tidak menyebarkan video atau spekulasi liar tentang peristiwa di kampus. Empati diwujudkan dengan menjaga privasi dan mendukung pemulihan korban secara bertahap penuh.


