Keracunan MBG Ciamis menjadi sorotan setelah puluhan siswa SMP mengalami gejala mual, muntah, dan lemas. Tim kesehatan mengevakuasi korban ke puskesmas serta rumah sakit rujukan. Sekolah menghentikan distribusi makanan dari batch terkait sambil menunggu investigasi resmi.
Pemerintah daerah mengaktifkan koordinasi cepat dengan dinas kesehatan, puskesmas, dan pihak sekolah. Sampel makanan serta muntahan diambil untuk uji laboratorium. Penanganan difokuskan pada rehidrasi, observasi gejala, dan pencatatan kronologi agar rantai penyebab dapat dipetakan dengan akurat.
Kronologi, Gejala, dan Penanganan
Indikasi awal menyebut gejala muncul beberapa jam setelah makan siang. Petugas sekolah menghubungi layanan darurat, lalu membuka pos pemeriksaan sementara di aula. Tindak lanjut dilakukan dengan triase, pemberian oralit, dan rujukan bagi siswa yang membutuhkan observasi lebih lama. Orang tua diminta hadir mendampingi serta melaporkan gejala lanjutan selama 24 jam.
Dalam tahap gawat darurat, prioritas adalah keselamatan siswa. Dokter memantau tanda vital, risiko dehidrasi, serta kemungkinan kontaminasi silang. Tim juga memeriksa kelayakan penyimpanan bahan, suhu penyajian, dan waktu jeda antarproses. Untuk menjaga kejelasan informasi, sekolah menunjuk satu juru bicara agar tidak terjadi simpang siur. Pada fase ini, komunikasi terukur membantu meredam kepanikan dan menjaga fokus penanganan di lapangan. Dengan alur ini, respons tetap cepat sekaligus terdokumentasi rapi sebagai dasar perbaikan.
Baca juga : Keracunan MBG Cipongkor Ratusan Siswa Ditangani
Dinas terkait menyiapkan audit keamanan pangan terhadap pemasok. Pemeriksaan meliputi catatan suhu, masa simpan, kebersihan alat, dan hasil uji swab permukaan. Pemasok wajib menyerahkan dokumen penerimaan bahan, jadwal produksi, serta daftar petugas yang terlibat. Pemerintah daerah mengimbau penerapan standar HACCP sederhana di dapur penyedia agar potensi bahaya dapat diidentifikasi sejak awal.
Koordinasi lintas sektor diperkuat. Sekolah memetakan siswa terdampak, jadwal konsumsi, dan riwayat alergi. Puskesmas menyusun laporan harian berisi jumlah kasus, tingkat keparahan, dan hasil perawatan. Orang tua diminta menyimpan bukti sisa makanan, kemasan, atau struk distribusi. Dalam masa pemulihan, kegiatan belajar menyesuaikan kondisi kesehatan siswa. Pelajaran kesehatan diberi porsi edukasi keamanan pangan rumah tangga: cuci tangan, pisahkan alat mentah-matang, pastikan kematangan, dan simpan pada suhu aman. Langkah-langkah ini diharapkan menjadi pagar pencegahan agar insiden serupa tidak terulang.