Kirab Rata Pralaya mengiringi jenazah Sri Susuhunan Pakubuwono XIII keluar dari Keraton Surakarta pada prosesi pemakaman hari ini. Ribuan warga memadati sisi jalan sejak pagi, menyambut arak-arakan kereta pusaka yang melaju perlahan menuju titik kumpul. Penghormatan dilakukan dengan khidmat; abdi dalem, prajurit, dan perwakilan keluarga berjalan berurutan di belakang kereta. Prosesi ini menutup rangkaian upacara duka sejak wafatnya sang raja pada awal November 2025, sekaligus menjadi momentum perpisahan masyarakat Solo kepada pemimpinnya.
Di sepanjang rute, kerumunan menyingkir memberi ruang bagi petugas pengaman dan rombongan pembawa pusaka. Kereta jenazah kemudian bergerak menuju Pajimatan Imogiri, Bantul, kompleks makam raja-raja Mataram yang sakral bagi dinasti Surakarta. Bunyi gamelan, doa, dan tabur bunga menyertai langkah rombongan, sementara masyarakat menundukkan kepala sebagai tanda hormat. Dalam suasana haru dan tertib, Kirab Rata Pralaya menandai babak akhir pengabdian Pakubuwono XIII bagi keraton dan warganya. Publik berharap prosesi berlangsung lancar hingga pemakaman usai di Imogiri tanpa hambatan berarti.
Rangkaian Prosesi dan Peran Kereta Pusaka
Prosesi pemakaman dimulai dari halaman keraton dengan pembacaan doa dan pengaturan barisan. Abdi dalem menempatkan pusaka utama di posisi terdepan, disusul prajurit, kerabat, dan tamu undangan. Kereta jenazah Rata Pralaya ditarik kuda pilihan dengan kecepatan yang disesuaikan agar publik dapat memberikan penghormatan. Di kanan kiri jalan, warga menabur bunga sambil melantunkan doa bagi Pakubuwono XIII. Pengaturan lalu lintas dilakukan secara bertahap untuk menjaga kelancaran arak-arakan tanpa menutup akses vital. Pada saat tertentu, rombongan berhenti sejenak untuk memberi waktu pergantian petugas pembawa pusaka dan memastikan keselamatan jalur.
Dalam tradisi Surakarta, kereta pusaka berfungsi bukan sekadar kendaraan, melainkan simbol kesinambungan tahta. Karena itu, Kirab Rata Pralaya dipersiapkan melalui ritual pembersihan, pengecekan kelayakan, dan penentuan penarik kuda terbaik. Makna simbolik kereta menegaskan bahwa perjalanan duka tidak hanya mengantar ragawi Sri Susuhunan, tetapi juga menyerahkan amanat budaya kepada generasi penerus. Dengan keterlibatan ribuan warga dan puluhan unsur pengamanan, pelaksanaan kirab memperlihatkan disiplin protokoler sekaligus kedekatan raja dengan rakyat. Momentum ini mempertautkan memori kolektif Kota Surakarta, menghadirkan ruang perpisahan yang tertib, hikmat, dan menyatukan. Sepanjang perjalanan, seruan petugas dan bunyi gamelan mengatur ritme langkah, sementara Kirab Rata Pralaya menjaga keseragaman tempo hingga rombongan melintas titik pengawasan berikutnya. Warga kemudian kembali beraktivitas dengan tertib tanpa insiden.
Dari pusat kota, rombongan bergerak menuju Pajimatan Imogiri di Bantul, kompleks pemakaman raja-raja Mataram. Rute dipilih melalui koridor yang memungkinkan warga memberi penghormatan tanpa mengganggu layanan publik. Petugas menutup persimpangan tertentu secara bergilir dan membuka jalur darurat untuk ambulans serta kendaraan prioritas. Koordinasi dilakukan antara keraton, pemerintah daerah, dan kepolisian, sementara relawan membantu mengatur barisan penonton. Informasi rute dan waktu tempuh diumumkan sebelumnya agar kegiatan warga dan pelaku usaha dapat menyesuaikan.
Baca juga : Pemakaman PB XIII Imogiri dan Prosesi Adat Keraton
Ketika rombongan memasuki perbatasan Yogyakarta, prajurit pengawal memperketat jarak antarunit untuk menjaga kesakralan prosesi. Kirab Rata Pralaya menjadi pengingat hubungan historis antara Surakarta dan Yogyakarta, dua pusat kebudayaan yang berbagi tradisi kawedanan dan etik kenegaraan. Di beberapa titik, doa dipanjatkan bagi Pakubuwono XIII dan leluhur Mataram, diiringi tabur bunga dan tembang duka. Pengaturan dokumentasi dilakukan ketat; pewarta diberikan ruang khusus agar tidak menghalangi pergerakan kereta pusaka. Sesampainya di Imogiri, rombongan memasuki area pemakaman dengan tata cara yang telah diatur, memastikan martabat upacara tetap terjaga.
Di sisi komunikasi, pembaruan informasi disiarkan berkala melalui pengeras suara dan kanal resmi, sehingga arus massa terkendali. Pos kesehatan tetap siaga bagi warga. Dengan dukungan semua pihak, Kirab Rata Pralaya menyelesaikan perjalanan panjangnya dengan tertib, seraya meninggalkan pesan persatuan bagi warga di sepanjang lintasan kirab.


