Mahathir Mohamad, salah satu tokoh politik paling berpengaruh di Asia Tenggara, genap berusia 100 tahun pada 10 Juli 2025. Sosok yang dijuluki “Soekarno Kecil” ini dikenal luas bukan hanya di Malaysia, melainkan juga di panggung politik regional bahkan global. Julukan tersebut muncul lantaran gaya kepemimpinan Mahathir yang tegas, vokal dalam mengkritik kebijakan Barat, serta retorika politiknya yang berapi-api, mirip Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.
Dilahirkan di Alor Setar, Kedah, Malaysia, Mahathir tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya, Mohamad bin Iskandar, adalah seorang guru sekolah yang menanamkan disiplin tinggi. Mahathir dikenal cerdas sejak muda, mengenyam pendidikan kedokteran di King Edward VII College of Medicine di Singapura. Namun, jalan hidupnya justru lebih banyak dihabiskan dalam dunia politik ketimbang profesi medis.
Jejak politik Mahathir dimulai sejak masa penjajahan Jepang, saat ia sudah menulis artikel kritis di media kampus dengan nama pena C.H.E. Det. Gaya retorikanya yang lantang, serta keberaniannya berbicara mengenai isu-isu sensitif seperti hak istimewa Melayu dan bahasa kebangsaan, mulai membuat namanya dikenal publik. Di sinilah akar julukan “Soekarno Kecil” tumbuh, karena publik melihat kesamaan antara semangat nasionalismenya dengan Soekarno, sang proklamator Indonesia.
Awal Karier Politik hingga Jadi Perdana Menteri
Mahathir mulai aktif di politik praktis dengan bergabung ke UMNO (United Malays National Organisation). Ia berhasil meraih kursi anggota parlemen pada 1964 namun sempat kehilangan posisinya dalam pemilihan berikutnya. Pada masa inilah Mahathir menulis buku kontroversial berjudul The Malay Dilemma, yang menekankan pentingnya hak istimewa Melayu. Buku ini sempat dilarang terbit di Malaysia karena dianggap memecah belah ras, tetapi kemudian menjadi salah satu karya paling berpengaruh dalam wacana politik Malaysia.
Pada 1981, Mahathir dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia keempat, menjadikannya pemimpin non-bangsawan pertama yang menduduki jabatan tersebut. Era kepemimpinannya dikenal sebagai periode modernisasi pesat. Ia mendorong kebijakan “Look East Policy,” mengajak rakyat Malaysia meniru disiplin dan etos kerja negara-negara Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan, dibanding terlalu bergantung pada Barat.
Dalam masa jabatannya yang pertama, Mahathir meluncurkan berbagai proyek raksasa seperti pembangunan Menara Kembar Petronas, Putrajaya, serta jaringan jalan tol nasional. Kebijakannya tak jarang menuai kritik, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, terutama menyangkut isu kebebasan pers dan hak asasi manusia. Namun, ia tetap dipandang sebagai arsitek utama transformasi ekonomi Malaysia.
Kembali ke Puncak Kekuasaan di Usia Senja
Setelah mundur pada 2003, Mahathir sempat menikmati masa pensiun. Namun, skandal besar 1MDB yang melibatkan Perdana Menteri Najib Razak mendorongnya kembali ke panggung politik. Ia membentuk Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) dan memimpin koalisi Pakatan Harapan. Luar biasa, pada usia 92 tahun, Mahathir berhasil kembali terpilih menjadi Perdana Menteri pada 2018. Ini menjadikannya perdana menteri tertua di dunia yang menjabat saat itu.
Sayangnya, periode kedua Mahathir hanya bertahan singkat. Konflik internal koalisi menyebabkan runtuhnya pemerintahannya pada Februari 2020. Kendati demikian, pengaruh Mahathir di dunia politik Malaysia tidak luntur. Ia tetap dianggap tokoh penting yang suaranya didengar banyak pihak, termasuk mengenai isu-isu global seperti Palestina, kebijakan ekonomi negara berkembang, dan hubungan Malaysia dengan Barat.
Warisan Politik dan Julukan “Soekarno Kecil”
Julukan “Soekarno Kecil” bukan semata-mata soal gaya bicara Mahathir yang lantang, melainkan juga karena kesamaan visi keduanya yang ingin melepaskan negara dari dominasi Barat. Baik Mahathir maupun Soekarno sama-sama menolak dikte asing, memperjuangkan kedaulatan nasional, dan berupaya membangun kepercayaan diri bangsa.
Baca juga : SEA V League: Indonesia Vs Kamboja Penentuan Nasib Timnas
Kini, di usianya yang mencapai satu abad, Mahathir masih aktif menulis pandangan politiknya di blog pribadi. Ia juga kerap tampil di media, meski dalam kondisi kesehatan yang mulai menurun. Bagi rakyat Malaysia, Mahathir Mohamad bukan hanya mantan perdana menteri, tetapi juga simbol nasionalisme dan kebanggaan bangsa. Meski kontroversial, warisannya dalam membangun Malaysia modern tak bisa dihapus dari sejarah.