Peresmian Gereja Kalvari di Lubang Buaya, Jakarta Timur, mengakhiri penantian panjang umat setempat untuk memiliki rumah ibadat yang layak dan inklusif. Acara yang dihadiri Pramono serta perwakilan lintas komunitas ini menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk menjamin kebebasan beragama sekaligus memperkuat persaudaraan warga. Dalam sambutan, panitia menekankan bahwa gereja tidak hanya menjadi tempat liturgi, tetapi juga pusat pelayanan sosial, pendidikan iman, dan dukungan kebencanaan bagi lingkungan sekitar.
Peresmian itu dipandang sebagai momen persatuan setelah proses perizinan dan pembangunan yang panjang. Pengelola berjanji merawat fasilitas, memastikan akses disabilitas, dan membuka ruang kolaborasi lintas iman agar gereja benar-benar hadir sebagai tetangga yang memberdayakan. Fokus awal diarahkan pada penguatan kegiatan remaja, layanan kesehatan sederhana, dan kesiapsiagaan banjir yang kerap mengganggu aktivitas warga di musim hujan. Ke depan, pengurus menyiapkan kalender kegiatan komunitas, dari bimbingan belajar hingga dapur umum, agar spirit peresmian Gereja Kalvari terasa nyata bagi keluarga di sekitar paroki setiap hari Minggu.
Rangkaian Acara dan Komitmen Layanan
Rangkaian peresmian dimulai dengan ibadat singkat, penandatanganan prasasti, serta peninjauan fasilitas utama seperti aula paroki, ruang katekesasi, dan area ramah disabilitas. Panitia menjelaskan, ruang-ruang baru dirancang fleksibel agar bisa dipakai untuk bakti sosial, pendampingan keluarga, dan kelas literasi digital bagi remaja. Pengaturan parkir, jalur evakuasi, serta titik kumpul bencana juga dipertegas demi kenyamanan jemaat dan warga sekitar. Di luar aspek fisik, pengurus menyebut bahwa identitas gereja akan diarahkan pada semangat pelayanan: membangun jejaring relawan, memperkuat kurikulum pelatihan, dan memastikan keterbukaan informasi kegiatan.
Dalam dialog bersama warga, pengelola memaparkan rencana kerja seratus hari pertama: memetakan kebutuhan lingkungan, mengaktifkan pos kesehatan berkala, serta mengkoordinasikan program kebersihan drainase dengan pemerintah kota. Praktik tata kelola juga menjadi prioritas melalui pelaporan rutin, audit sederhana, dan kanal aspirasi jemaat. Langkah-langkah itu diharapkan menjaga akuntabilitas sekaligus mempercepat dampak sosial dari peresmian Gereja Kalvari.
Dengan pendekatan kolaboratif, gereja ditargetkan menjadi ruang aman bagi komunitas lintas usia; dari ibu-ibu yang mengikuti kursus keterampilan, hingga siswa yang membutuhkan bimbingan belajar setelah sekolah. Tim keamanan lingkungan bersama karang taruna akan berlatih simulasi kebakaran dan gempa, sementara seksi sosial menyiapkan panduan kerelawanan agar partisipasi warga terukur dan berkelanjutan. Program literasi keuangan keluarga akan diuji coba pada dua RW awal mulai bulan depan.
Baca juga : Pramono, Banjir Jakarta Kadang Sulit Dilawan, Fokus Mitigasi
Dampak peresmian bagi warga di sekitar Lubang Buaya diproyeksikan terasa pada tiga hal: ketangguhan lingkungan, ekonomi komunitas, dan kohesi sosial. Untuk ketangguhan, gereja akan menjadi simpul koordinasi saat cuaca ekstrem, menyediakan gudang logistik kecil, peta rute evakuasi, dan pusat informasi resmi. Di aspek ekonomi, kelas keterampilan dan pameran produk UMKM jemaat ditargetkan menggeliatkan pendapatan keluarga. Sementara itu, kegiatan lintas iman—seperti kerja bakti dan dialog kebudayaan—dirancang untuk memperkuat saling pengertian tanpa mencampuradukkan ranah ibadah masing-masing. Semua agenda ini menegaskan misi pelayanan yang lahir dari semangat peresmian Gereja Kalvari sebagai rumah yang bersahabat bagi siapa saja.
Ke depan, pengurus diminta tetap adaptif terhadap masukan warga, termasuk soal akses jalan, kebisingan, dan manajemen parkir pada hari besar keagamaan. Teknologi sederhana—papan informasi digital dan kanal aduan berbasis aplikasi—akan membantu transparansi. Kolaborasi dengan sekolah, puskesmas, serta kepolisian setempat diprioritaskan agar kegiatan berjalan aman. Pada akhirnya, keberhasilan misi pastoral diukur dari manfaat nyata bagi tetangga terdekat: anak yang mendapat bimbingan belajar, lansia yang memperoleh pemeriksaan kesehatan, dan keluarga rentan yang terbantu saat darurat. Jika konsistensi dirawat, spirit peresmian Gereja Kalvari akan tumbuh menjadi budaya berbagi, menginspirasi komunitas lain menata dukungan sosial tanpa sekat. Seluruh program dievaluasi triwulanan dengan indikator sederhana. Akses disabilitas dipantau rutin secara berkala.