Kementerian Pertahanan Rusia menyebut respons Rusia atas serangan Ukraina menimbulkan kebakaran di pembangkit nuklir Kursk. Serangan drone menghantam area transformator, memaksa reaktor No. 3 beroperasi hanya setengah kapasitas normal. Meski tidak ada korban jiwa maupun kebocoran radiasi, insiden ini menjadi alarm besar terkait keamanan energi nuklir di tengah konflik.
Rusia mengklaim sistem pertahanan udara berhasil mencegat puluhan drone Ukraina di berbagai wilayah. Namun, beberapa tetap menghantam sasaran vital, termasuk terminal ekspor bahan bakar di Ust-Luga. Kremlin menegaskan bahwa respons Rusia atas serangan ini adalah bukti keseriusan dalam menjaga stabilitas nasional, sekaligus memperingatkan dampak besar bila fasilitas energi menjadi target perang.
Detail serangan dan investigasi awal
Menurut laporan resmi, drone Ukraina meledak di dekat fasilitas transformator, menyebabkan gangguan teknis. Reaktor nuklir di Kursk terpaksa dikurangi kapasitasnya hingga 50%. Kebakaran berhasil dipadamkan dalam waktu singkat, dan tidak ada peningkatan level radiasi di sekitar lokasi. Insiden ini menegaskan bahwa respons Rusia atas serangan drone telah menjadi isu strategis, bukan hanya militer semata, tetapi juga menyangkut keselamatan publik.
Rusia juga melaporkan keberhasilan menembak jatuh lebih dari 90 drone yang menyasar fasilitas penting lainnya. Meski demikian, beberapa serpihan drone tetap menyebabkan kerusakan, salah satunya di pelabuhan bahan bakar Ust-Luga. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) turut merespons dengan mengingatkan bahwa fasilitas nuklir harus selalu terlindungi meski dalam situasi perang. Mereka menekankan pentingnya langkah pencegahan agar insiden serupa tidak berkembang menjadi ancaman radiasi global.
Baca juga : Rusia Gempur Zaporizhzhia, 12 Warga Ukraina Terluka
Secara politik, respons Rusia atas serangan Ukraina dijadikan alasan untuk memperketat keamanan nasional dan meningkatkan kewaspadaan publik. Kremlin menegaskan bahwa setiap ancaman terhadap infrastruktur energi strategis akan dibalas dengan langkah keras. Hal ini menimbulkan kekhawatiran eskalasi konflik lebih lanjut, mengingat target kali ini menyangkut fasilitas nuklir.
Di tingkat internasional, insiden ini memicu reaksi dari berbagai negara. Banyak pihak menyerukan agar zona nuklir tidak menjadi medan tempur, demi mencegah risiko besar terhadap lingkungan dan manusia. Meski belum ada tanda kebocoran radiasi, kekhawatiran global terus meningkat. Situasi ini menunjukkan bahwa konflik Rusia–Ukraina kini telah menyentuh ranah yang sangat sensitif, dengan konsekuensi keamanan global yang lebih luas.