Ricuh Mako Brimob Reda Setelah Dialog TNI

Ricuh Mako Brimob Reda Setelah Dialog TNI

Ketegangan terjadi di Jakarta ketika aksi massa ojek online di sekitar Markas Brimob Kwitang berubah panas. Insiden Ricuh Mako Brimob dipicu setelah demonstran melempari aparat dengan batu, sehingga memicu respons tegas kepolisian. Situasi sempat memanas ketika polisi melepas gas air mata ke arah massa, membuat suasana semakin kacau.

Namun, kondisi berangsur terkendali setelah personel TNI turun langsung ke lapangan. Mereka mengambil pendekatan humanis dengan mengajak massa berdialog. Langkah ini membuat situasi mencair, ratusan pengunjuk rasa pun perlahan mundur dari lokasi. Peristiwa Ricuh Mako Brimob ini menjadi sorotan publik, sebab memperlihatkan betapa mudahnya demonstrasi berubah menjadi kericuhan apabila tidak dikelola dengan komunikasi yang baik antara aparat dan masyarakat.

Pemicu Kericuhan dan Peran Aparat

Aksi massa yang memicu Ricuh Mako Brimob berawal dari gelombang solidaritas atas kematian Affan Kurniawan, driver ojek online yang tewas dilindas rantis Brimob. Rasa marah bercampur duka membuat ribuan ojol mendatangi Mako Brimob. Ketegangan meningkat ketika terjadi aksi saling dorong, hingga berujung pelemparan batu ke arah aparat.

Polisi yang berjaga merespons dengan menembakkan gas air mata. Langkah ini justru membuat suasana makin panas. Situasi baru membaik setelah aparat TNI mendekat dan berinisiatif membuka ruang dialog. Massa diajak bicara dengan pendekatan yang lebih persuasif, menurunkan emosi pengunjuk rasa yang sejak awal menuntut keadilan.

Insiden ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan humanis bisa lebih efektif dibanding tindakan represif. Dengan cara tersebut, Ricuh Mako Brimob dapat dicegah berlarut-larut, dan massa akhirnya mundur secara tertib tanpa insiden lebih lanjut.

Publik menyoroti insiden Ricuh Mako Brimob sebagai peringatan penting bagi aparat penegak hukum. Banyak pihak menilai bahwa aparat perlu mengedepankan dialog dalam menangani aksi massa, terutama ketika yang terlibat adalah warga sipil yang menuntut keadilan. Pendekatan represif justru dikhawatirkan akan memperluas konflik dan merusak citra institusi keamanan.

Baca juga : Amarah Rakyat Memuncak Usai Tragedi Affan

Tokoh masyarakat, aktivis, hingga akademisi mengapresiasi langkah TNI yang memilih jalur komunikasi. Mereka menilai tindakan itu mampu menenangkan massa dan mengembalikan situasi ke arah yang lebih kondusif. Ke depan, aparat diharapkan lebih responsif dan sensitif dalam mengelola situasi serupa.

Insiden ini juga menjadi refleksi bahwa kemarahan publik adalah suara yang harus didengar, bukan ditekan. Dengan penanganan tepat, kasus Ricuh Mako Brimob bisa menjadi pelajaran berharga untuk mendorong reformasi pola pengamanan yang lebih manusiawi sekaligus menjaga kepercayaan rakyat terhadap aparat negara.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *