Rusia gempur Zaporizhzhia pada 10 Agustus 2025, melancarkan serangan udara yang menghantam area pemukiman, halte bus, dan sebuah klinik kesehatan. Serangan tersebut mengakibatkan sedikitnya 12 warga sipil mengalami luka-luka, termasuk satu korban yang berhasil diselamatkan dari reruntuhan oleh tim penyelamat.
Pemerintah Ukraina menyatakan bahwa serangan dilakukan dengan bom berpemandu yang diarahkan ke wilayah padat penduduk. Presiden Volodymyr Zelenskiy mengecam keras tindakan tersebut dan menyerukan tekanan internasional yang lebih besar terhadap Rusia.
Kronologi Serangan dan Dampaknya
Serangan dimulai pada pagi hari ketika Rusia gempur Zaporizhzhia menggunakan persenjataan presisi untuk menghantam target di pusat kota. Ledakan menyebabkan kerusakan parah pada gedung-gedung sipil, menghancurkan beberapa fasilitas kesehatan, serta merusak kendaraan dan infrastruktur jalan.
Tim medis dan relawan segera dikerahkan untuk mengevakuasi korban. Layanan darurat melaporkan bahwa sebagian korban mengalami luka serius dan memerlukan perawatan intensif. Pemerintah setempat mengimbau warga untuk tetap berada di tempat perlindungan dan mengikuti arahan keamanan.
Insiden ini menambah daftar panjang serangan yang menargetkan warga sipil di Zaporizhzhia selama beberapa bulan terakhir. Serangan sebelumnya telah menghancurkan penjara dan fasilitas umum lainnya, menimbulkan korban jiwa dan kerugian material besar.
Reaksi Internasional dan Seruan Perdamaian
Dunia internasional kembali mengutuk serangan ini. Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara sekutu Ukraina menyerukan agar Rusia menghentikan aksi militernya terhadap wilayah sipil. Mereka juga menegaskan pentingnya jalur diplomasi untuk mengakhiri konflik berkepanjangan ini.
Presiden Zelenskiy menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menyerah dan akan terus memperkuat pertahanan. Ia mengajak komunitas global untuk meningkatkan sanksi dan memberikan bantuan militer maupun kemanusiaan.
Pengamat militer menilai bahwa Rusia gempur Zaporizhzhia bukan hanya sebagai strategi militer, tetapi juga untuk memberikan tekanan psikologis kepada warga Ukraina. Strategi ini, menurut mereka, justru memperpanjang penderitaan warga sipil dan menghambat upaya negosiasi damai.
Baca juga : Kim Jong Un Tegas Dukung Putin, Kirim Bantuan ke Rusia
Hingga kini, situasi di Zaporizhzhia masih tegang. Warga setempat berharap agar gencatan senjata dapat segera terwujud sehingga kehidupan normal bisa kembali. Namun, dengan eskalasi yang terus terjadi, harapan itu masih jauh dari kenyataan.
Dengan Rusia gempur Zaporizhzhia secara berulang, komunitas internasional dihadapkan pada tantangan besar untuk memastikan perlindungan warga sipil dan mencari solusi damai yang berkelanjutan.