Sikap Korea Utara Usai Iran Diserang AS-Israel

Sikap Korea Utara Usai Iran Diserang AS-Israel, Kecam & Ancam Balasan!

Sikap Korea Utara Usai Iran Diserang

Dalam perkembangan geopolitik terbaru, dunia kembali dikejutkan oleh pernyataan tegas dari Korea Utara (Korut) terkait serangan gabungan Amerika Serikat dan Israel ke Iran. Sikap Korea Utara usai Iran diserang bukan hanya sebatas kecaman, tetapi juga sinyal kuat bahwa konstelasi aliansi global tengah mengalami pergeseran besar.

Korut, melalui media resminya KCNA, menyebut serangan udara tersebut sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan ancaman langsung terhadap kedaulatan negara-negara berdaulat.

Kronologi Serangan AS-Israel ke Iran

Pada pertengahan Juni 2025, Amerika Serikat dan Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke fasilitas nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan. Serangan ini dilaporkan menggunakan bom penghancur bunker dan drone tempur canggih. Pemerintah AS mengklaim langkah ini sebagai bagian dari strategi pencegahan atas dugaan program pengembangan senjata nuklir Iran.

Respons Iran tidak kalah tajam. Mereka meluncurkan puluhan rudal balistik dan drone ke wilayah Israel serta pangkalan militer AS di Qatar dan Irak. Serangan balasan ini memicu gelombang eskalasi di seluruh kawasan Timur Tengah.

Kecaman Korea Utara: “Tindakan Agresif & Provokatif”

Pada 23 Juni 2025, Korut secara resmi merilis pernyataan yang mengecam keras tindakan militer tersebut. Mereka menyebut serangan AS-Israel sebagai “tindakan agresif” dan “pelanggaran terang-terangan terhadap Piagam PBB.”

Dalam pernyataannya, Korea Utara menyebut Israel sebagai “entitas berbahaya yang mengancam stabilitas Timur Tengah” dan menganggap AS sebagai “dalang utama konflik global.” Tidak hanya itu, Korut menyebut serangan ini sebagai upaya mendikte dunia dengan kekuatan militer, yang merupakan pola lama dalam imperialisme Barat.

Dukungan Ideologis ke Iran

Sikap Korea Utara usai Iran diserang juga menjadi bukti solidaritas ideologis mereka. Sejak revolusi Iran tahun 1979, kedua negara memiliki hubungan strategis, khususnya dalam bidang militer dan teknologi pertahanan. Keduanya kerap saling mendukung dalam forum internasional dan menentang dominasi Barat, khususnya AS dan sekutunya.

Korut menyatakan bahwa mereka akan terus berdiri di sisi Iran dalam melawan “ancaman hegemoni dan dominasi militer.”

Dampak Global dari Sikap Korea Utara

Sikap Korea Utara ini menimbulkan reaksi beragam dari komunitas internasional. Banyak pengamat menilai bahwa pernyataan tersebut tidak hanya sekadar kecaman retoris, tetapi juga bisa membuka jalan bagi kerja sama militer yang lebih dalam antara Pyongyang dan Teheran.

Beberapa kemungkinan skenario yang mungkin terjadi:

  • Peningkatan kerja sama militer rahasia: seperti transfer teknologi rudal atau sistem pertahanan.
  • Penguatan aliansi diplomatik anti-Barat: melibatkan Korut, Iran, Rusia, dan China.
  • Eskalasi konflik global tidak langsung: melalui serangan siber, intelijen, atau dukungan terhadap kelompok proksi di Timur Tengah.

Respons Negara Lain

  • Amerika Serikat menyebut pernyataan Korut sebagai propaganda, namun tetap mengawasi aktivitas militer negara tersebut.
  • Israel memperkuat pertahanan udara dan memonitor potensi ancaman regional dari negara-negara sekutu Iran.
  • Uni Eropa dan PBB menyerukan de-eskalasi dan menekankan pentingnya diplomasi.
  • China dan Rusia mengkritik tindakan AS, namun belum memberikan dukungan langsung terhadap Korut.

Relevansi dengan Tatanan Global Baru

Kecaman Korut terhadap serangan AS-Israel menunjukkan bahwa dunia bergerak ke arah multipolar. Negara-negara seperti Korut, Iran, dan Rusia menunjukkan bahwa dominasi unipolar AS tidak lagi diterima tanpa perlawanan.

Dalam kondisi seperti ini, bukan tidak mungkin muncul pakta pertahanan non-NATO yang melibatkan negara-negara seperti Iran, Korut, Venezuela, dan sekutu lain yang memiliki kepentingan bersama.

Sikap Korea Utara usai Iran diserang oleh AS dan Israel menunjukkan bahwa dinamika global sedang bergerak menuju ketegangan baru. Dengan dukungan terbuka kepada Iran, Korut kembali memosisikan dirinya sebagai pemain penting dalam blok anti-Barat. Dunia harus waspada terhadap kemungkinan terbentuknya aliansi baru yang berpotensi menantang tatanan global saat ini. Hanya diplomasi terbuka dan inklusif yang dapat mencegah konflik lebih besar di masa depan.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *