Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang dunia perdagangan internasional dengan kebijakan tarif tinggi yang diumumkannya pada Sabtu, 12 Juli 2025. Melalui pernyataan resmi di platform Truth Social, Trump mengumumkan penerapan tarif sebesar 30 persen terhadap produk-produk yang diimpor dari Uni Eropa dan Meksiko. Kebijakan ini rencananya mulai berlaku per 1 Agustus 2025.
Trump menyatakan langkah ini sebagai upaya melindungi industri domestik Amerika sekaligus menekan defisit perdagangan yang selama ini dianggap merugikan ekonomi nasional. Selain itu, Trump juga menyebut kebijakan tersebut sebagai respon atas minimnya langkah tegas Meksiko dalam menangani peredaran narkotika, khususnya fentanyl, yang disebutnya sebagai ancaman serius bagi masyarakat Amerika.
Dalam keterangannya, Trump mengatakan, “Amerika Serikat selama bertahun-tahun telah dimanfaatkan oleh negara-negara lain yang menikmati surplus perdagangan besar, sementara industri kita menderita. Sudah waktunya kita mengambil tindakan tegas untuk memastikan keadilan.”
Alasan Trump: Defisit Dagang dan Isu Narkotika
Trump menyoroti dua faktor utama yang melatari kebijakan tarif baru ini. Pertama, defisit perdagangan dengan Uni Eropa dan Meksiko yang dinilainya tidak seimbang. Menurut data pemerintah AS, defisit perdagangan dengan Uni Eropa mencapai angka lebih dari 200 miliar dolar AS pada 2024, sementara defisit dengan Meksiko juga mencatat kenaikan signifikan akibat lonjakan impor produk otomotif dan manufaktur.
Kedua, Trump menuding Meksiko gagal mengendalikan peredaran narkotika yang masuk ke wilayah AS, terutama fentanyl. Obat terlarang ini disebut menjadi penyebab meningkatnya kasus overdosis di Amerika. Trump menilai Meksiko seharusnya melakukan langkah lebih agresif untuk memutus mata rantai kartel narkoba. “Kami tidak akan lagi membiarkan Meksiko menjadi jalur utama narkoba yang merusak generasi muda Amerika,” ujar Trump dalam pernyataannya.
Meski demikian, Trump membuka kemungkinan pembatalan atau pengurangan tarif apabila Uni Eropa dan Meksiko bersedia melakukan negosiasi ulang mengenai perjanjian dagang, serta menunjukkan langkah konkret dalam persoalan narkotika dan defisit perdagangan.
Ancaman Balasan dari Uni Eropa dan Kekhawatiran Ekonomi
Pengumuman Trump segera memicu reaksi keras dari Uni Eropa. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menegaskan bahwa Uni Eropa siap mengambil tindakan balasan setimpal jika kebijakan tarif tersebut tetap diberlakukan. Ia menyebut langkah Trump sebagai “serangan sepihak terhadap prinsip perdagangan bebas” dan memperingatkan dampak serius terhadap hubungan ekonomi lintas Atlantik.
Sejumlah negara anggota Uni Eropa, termasuk Jerman, Prancis, dan Italia, menyatakan keprihatinan mendalam. Industri otomotif Eropa, yang sangat bergantung pada pasar Amerika, diprediksi menjadi salah satu sektor yang paling terdampak. Asosiasi industri otomotif Jerman (VDA) memperingatkan bahwa tarif 30 persen akan memicu kenaikan harga, mengganggu rantai pasokan, dan berpotensi menurunkan daya saing produk Eropa di pasar global.
Dari sisi Meksiko, pemerintah setempat belum mengeluarkan pernyataan resmi yang keras, tetapi beberapa pejabat menilai kebijakan Trump berisiko memanaskan hubungan dagang kedua negara yang selama ini terikat dalam perjanjian USMCA (United States-Mexico-Canada Agreement).
Potensi Dampak pada Ekonomi Global
Para ekonom menilai kebijakan tarif Trump berpotensi memicu perang dagang baru yang lebih luas, mirip dengan ketegangan dagang antara AS dan China beberapa tahun lalu. Kenaikan tarif diprediksi memicu kenaikan harga barang impor bagi konsumen Amerika, mengganggu rantai pasokan global, dan memicu ketidakpastian bagi pelaku usaha internasional.
Sementara Trump dan timnya berpendapat bahwa kebijakan ini akan melindungi lapangan kerja domestik, banyak pengamat justru memperingatkan bahwa langkah tersebut bisa berbalik menjadi bumerang. Biaya produksi barang-barang industri AS bisa naik, daya beli konsumen tertekan, dan ekspor Amerika Serikat berpotensi menghadapi balasan serupa dari mitra dagang.
Baca juga : Netanyahu Tolak Negara Palestina Merdeka Saat Bertemu Trump
Bank-bank investasi besar seperti Goldman Sachs memperkirakan bahwa apabila Uni Eropa benar-benar menerapkan balasan tarif, PDB global bisa terkoreksi hingga 0,3 persen pada kuartal akhir 2025.
Kebijakan Trump ini sekaligus menggarisbawahi strategi dagang “America First” yang terus ia junjung, bahkan menjelang pemilihan presiden mendatang. Dunia kini menunggu langkah balasan Uni Eropa dan Meksiko, sementara risiko ketegangan dagang kembali membayangi ekonomi global.