Wirausaha Purna Tugas digagas Polda Riau untuk membekali personel jelang masa pensiun melalui rumah belajar bernama Tabung Harmoni Hijau. Program ini merangkai pelatihan budidaya, pengolahan hasil, hingga dasar pemasaran agar keluarga polisi memiliki sumber penghidupan setelah dinas. Kapolda Irjen Herry Heryawan menargetkan peserta mengikuti kurikulum minimal enam sampai dua belas bulan, sehingga keterampilan benar-benar teruji. Di sisi lain, fasilitas tersebut dipakai untuk membina anggota yang bermasalah agar beraktivitas produktif sambil memperbaiki perilaku.
Selain memupuk kemandirian ekonomi, inisiatif ini menanam nilai kepedulian lingkungan melalui pembibitan, perawatan, dan penanaman pohon yang terintegrasi dengan Bank Pohon. Pelatihan berlangsung di area terbuka dan ruang praktik, dipandu instruktur dari dinas terkait, akademisi, serta pelaku UMKM. Polda menyiapkan mekanisme monitoring untuk memastikan materi terserap, dari pencatatan sederhana hingga pemasaran digital. Dengan pendekatan itu, transisi purna bhakti diharapkan berjalan lebih mulus dan berdaya. Program ini dibuka bertahap sesuai kapasitas lahan dan kebutuhan peserta. Evaluasi dilakukan setiap bulan.
Rincian Program Dan Mekanisme Pelatihan
Program menggabungkan kelas teori tentang perencanaan usaha, manajemen risiko, dan pengelolaan kas dengan praktik budidaya di kebun pembelajaran. Peserta memetakan potensi lokal seperti bibit hortikultura, tanaman keras, atau olahan pangan, lalu menyusun rencana sederhana: target pelanggan, kebutuhan alat, serta skema harga. Kurikulum memuat literasi digital untuk foto produk, pemasaran daring, dan pencatatan penjualan harian. Instrumen evaluasi meliputi kehadiran, unjuk karya, dan kemajuan rencana usaha. Agar pembelajaran konsisten, pendamping dari dinas pertanian, perguruan tinggi, serta UMKM lokal dijadwalkan hadir bergilir dengan topik terfokus.
Skema pembiayaan awal diarahkan ke tabungan gotong royong, koperasi anggota, dan kemitraan mikro yang transparan. Unit khusus menilai kelayakan rencana, membantu pengurusan perizinan PIRT atau NIB, serta membuka akses pameran produk. Di sisi pemasaran, kanal media sosial satuan dijadikan etalase komunitas agar jaringan pembeli berkembang. Penyelenggara menekankan etika penyuluhan, tidak memonopoli pemasok, dan memberi ruang kritik terbuka. Melalui desain bertahap ini, Wirausaha Purna Tugas diproyeksikan mencetak lulusan yang siap berusaha, mampu mengelola arus kas, dan berorientasi mutu.
Untuk menjaga akuntabilitas, setiap kelompok menyusun logbook kegiatan, daftar kebutuhan mingguan, serta laporan biaya bahan. Supervisi dilakukan berkala oleh perwira penanggung jawab. Hasil uji coba produk dipasarkan ke lingkungan sekitar sambil mengukur umpan balik konsumen dan kelayakan harga pada tahap awal.
Manfaat langsung program terlihat pada kemandirian keluarga peserta yang memiliki sumber pendapatan alternatif saat masa dinas berakhir. Keterampilan budidaya, pengolahan, dan pemasaran membuat lulusan tidak bergantung sepenuhnya pada pesangon. Perputaran ekonomi kecil di sekitar markas memicu kolaborasi dengan UMKM, koperasi warga, dan platform belanja lokal. Selain itu, penanaman dan perawatan pohon memperbaiki kualitas mikroklimat, menambah ruang teduh, serta mengurangi limpasan air hujan. Efek psikososialnya tak kalah penting: rutinitas produktif menguatkan rasa bermakna dan menurunkan potensi pelanggaran disiplin.
Baca juga : 4.562 personel kawal pengamanan demo Jakarta
Di tingkat organisasi, indikator keberhasilan akan terlihat dari turunnya beban pembinaan murni disipliner, meningkatnya retensi kompetensi, dan tumbuhnya jejaring kemitraan. Polda menyiapkan panel penilaian yang mengukur omzet, kualitas produk, keberlanjutan bahan baku, serta kontribusi penghijauan. Kolaborasi dengan CSR perusahaan lokal memperluas pasar dan membuka akses peralatan skala rumahan. Dalam jangka menengah, lulusan menjadi duta praktik baik di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan landasan tersebut, Wirausaha Purna Tugas di Riau diharapkan menjadi model transisi purna bhakti yang humanis, menyatukan daya ekonomi keluarga, etika pelayanan publik, dan kepedulian pada alam.
Ke depan, pengelola menargetkan kurikulum tematik per wilayah, katalog digital produk alumni, dan jalur pemasaran bersama. Transparansi laporan disediakan daring agar publik memantau progres, sementara riset dampak akademik digelar untuk menyempurnakan desain program secara berkelanjutan partisipatif.