Menteri Perdagangan sekaligus Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan (Zulhas), kembali menegaskan komitmen pemerintah dalam membangun ekonomi dari desa. Dalam agenda nasional terbaru, Zulhas menekankan pentingnya koperasi Merah Putih untuk menjadi penggerak utama perekonomian desa, bukan hanya sebagai formalitas atau wadah penyaluran bantuan. Menurutnya, koperasi harus hidup dari bisnis yang nyata agar dapat memberikan manfaat jangka panjang kepada masyarakat.
Kebijakan ini sejalan dengan visi Presiden yang ingin menciptakan kemandirian ekonomi hingga ke pelosok desa. Zulhas menyatakan, koperasi tidak boleh bergantung pada dana hibah semata, tetapi harus dikelola secara profesional, mencari peluang usaha, dan menghasilkan keuntungan yang bisa kembali ke anggota. “Koperasi bukan hanya wadah, tetapi badan usaha yang punya kekuatan ekonomi,” tegasnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, program pembentukan Koperasi Merah Putih telah digencarkan di berbagai daerah. Hingga pertengahan 2025, tercatat lebih dari 80 ribu koperasi desa telah terbentuk, dengan sekitar 65 ribu di antaranya sudah memiliki legalitas resmi dari Kementerian Hukum dan HAM. Legalitas ini menjadi syarat penting agar koperasi dapat menjalin kerja sama bisnis, mendapatkan pembiayaan, dan melakukan pengembangan usaha secara berkelanjutan.
Koperasi Merah Putih diharapkan bisa menjalankan bisnis yang relevan dengan kebutuhan desa. Misalnya, koperasi bisa menjadi distributor sembako, mengelola hasil pertanian, peternakan, hingga sektor perdagangan online. Zulhas menekankan bahwa setiap koperasi harus memiliki model bisnis yang jelas agar roda perekonomian di desa terus berputar. Dengan begitu, masyarakat desa tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga pemain utama dalam rantai pasok.
Percepatan Program dan Tantangan Lapangan
Program percepatan pembentukan koperasi ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan tokoh masyarakat. Di Jawa Tengah, misalnya, antusiasme pembentukan Koperasi Merah Putih sangat tinggi. Dalam waktu singkat, ribuan koperasi terbentuk dan siap bergerak di sektor bisnis masing-masing. Zulhas mengapresiasi semangat ini karena menjadi bukti bahwa masyarakat desa memiliki keinginan besar untuk mandiri secara ekonomi.
Namun, ada tantangan yang tidak ringan. Salah satu kendala terbesar adalah kurangnya keterampilan manajerial di tingkat pengurus koperasi. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah mengadakan berbagai pelatihan, mulai dari manajemen keuangan, pengelolaan stok, hingga pemasaran digital. Zulhas menegaskan bahwa koperasi yang ingin sukses harus mampu bersaing dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Selain itu, sumber pendanaan juga menjadi perhatian utama. Zulhas menyebut bahwa koperasi harus mampu mengajukan proposal usaha yang layak untuk mendapatkan akses pinjaman dari lembaga keuangan. “Bukan dana hibah, tetapi pinjaman usaha agar koperasi bisa mandiri,” ujarnya. Pendekatan ini diharapkan mampu mengajarkan koperasi untuk lebih disiplin dan berorientasi pada hasil bisnis.
Di berbagai daerah, koperasi telah mulai menggandeng UMKM lokal, petani, hingga pengusaha kecil. Kolaborasi ini memungkinkan terbentuknya rantai bisnis dari desa untuk desa. Dengan sistem ini, nilai ekonomi yang dihasilkan bisa berputar di tingkat lokal, membantu menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan daya beli masyarakat.
Ke depan, Zulhas optimis bahwa dengan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, Koperasi Merah Putih akan menjadi fondasi ekonomi yang tangguh. Harapannya, koperasi desa bisa menjadi motor penggerak utama dalam mengurangi ketimpangan ekonomi antara kota dan desa.