Pelaksanaan rekonstruksi mutilasi surabaya di sebuah rumah kos kawasan Lidah Wetan, Lakarsantri, Surabaya, menarik perhatian warga. Proses yang dipimpin penyidik ini menata ulang rangkaian adegan dugaan pembunuhan dan mutilasi terhadap seorang perempuan. Untuk menjaga keamanan, polisi menutup akses gang, memasang garis pembatas, dan menempatkan petugas di beberapa titik. Tersangka digelandang ke lokasi dengan pengawalan ketat, sementara tim dokumentasi merekam setiap adegan sebagai bagian dari penguatan berkas perkara.
Situasi sempat memanas ketika tersangka melintas di depan warga. Sorakan, umpatan, dan dorongan emosi terdengar dari kerumunan, namun aparat cepat menenangkan situasi. Rekonstruksi dilakukan demi mendapatkan gambaran runtut kejadian, memverifikasi keterangan saksi, serta mencocokkan hasil olah tempat kejadian perkara. Pihak kepolisian menegaskan proses ini murni untuk kepentingan pembuktian di pengadilan, bukan tontonan publik, sehingga masyarakat diminta menghormati prosedur hukum.
Kronologi, Adegan, dan Pengamanan
Rekonstruksi dimulai dari adegan kedatangan pelaku dan korban di kos, dilanjutkan interaksi terakhir keduanya, hingga momen yang diduga menjadi awal kekerasan. Penyidik menempatkan figur peraga untuk menggambarkan posisi tubuh, jarak, dan arah gerak, agar kesaksian tertulis memiliki pembanding visual. Teknisnya dilakukan berurutan sesuai temuan awal dan keterangan saksi, lalu diulang bila diperlukan. Polisi juga menandai area penting seperti pintu kamar, kamar mandi, dan titik temuan barang bukti untuk memudahkan penilaian jaksa.
Antisipasi kerumunan dilakukan sejak pagi. Jalan setapak menuju kos disekat, jurnalis diberi ruang khusus, dan pengeras suara digunakan untuk mengatur jalannya rangkaian. Aparat menekankan bahwa emosi warga dapat dipahami, tetapi keamanan seluruh pihak harus diutamakan. Dalam setiap jeda adegan, penyidik mengecek kesesuaian keterangan tersangka, saksi, dan bukti forensik. Tujuannya agar hasil rekonstruksi mutilasi surabaya bisa memperjelas konstruksi pasal yang disangkakan tanpa menimbulkan keraguan di tahap penuntutan.
Baca juga : KPK Sita Rumah Rp 1,3 Miliar di Surabaya, Bongkar Dugaan Korupsi Dana Hibah Jatim
Usai rekonstruksi, penyidik menyusun laporan rangkuman, melampirkan foto, video, serta sketsa lokasi untuk melengkapi berkas. Tahap berikutnya adalah ekspose bersama kejaksaan guna memastikan kelengkapan formil dan materiil sebelum pelimpahan. Penyidik menegaskan, setiap temuan baru akan diuji dengan standar pembuktian pidana, sementara hak-hak tersangka dan keluarga korban tetap dihormati sesuai KUHAP. Polisi juga mengimbau warganet tidak menyebarkan konten sensitif yang berpotensi mengganggu privasi dan proses peradilan.
Di sisi lain, layanan pendampingan psikologis bagi keluarga korban disiapkan pemerintah daerah bekerja sama dengan lembaga terkait. Tokoh masyarakat meminta publik menahan diri dari tindakan main hakim sendiri dan memercayakan perkara pada pengadilan. Pengamat hukum menilai rekonstruksi penting untuk menguji konsistensi pengakuan, meminimalkan celah pembelaan, serta memperkuat alat bukti ilmiah. Harapannya, hasil rekonstruksi mutilasi surabaya mempercepat proses hukum dan memberi kepastian keadilan, sekaligus menjadi pengingat tentang pentingnya kewaspadaan lingkungan kos dan respons cepat pada indikasi kekerasan.
[…] Baca juga : Rekonstruksi Mutilasi Surabaya, Massa Geram Saat Adegan […]